Connect with us

International

Turki Umumkan Pembukaan Kembali Rute Dagang Darat Bersejarah ke Teluk via Suriah

Published

on

Semarang(Usmnews)– Dikutip dari SINDOnews.com Turki telah mengumumkan rencana ambisius untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan darat bersejarah yang vital, yang akan menghubungkan wilayahnya dengan Yordania dan negara-negara Teluk melalui teritori Suriah. Langkah signifikan ini dipandang sebagai tonggak penting dalam upaya pemulihan transportasi regional dan percepatan integrasi ekonomi di Timur Tengah. Inisiatif strategis ini juga dirancang untuk memantapkan posisi Turki sebagai pusat logistik dan transportasi utama di kawasan tersebut.

Menteri Perdagangan Turki, Ömer Bolat, mengkonfirmasi bahwa koridor ini—yang telah nonaktif selama lebih dari satu dekade akibat konflik Suriah yang menyebabkan kerusakan infrastruktur parah—diharapkan dapat beroperasi secara penuh pada tahun 2026. Pengumuman ini disampaikan Bolat di Amman, setelah pertemuan Komite Ekonomi Gabungan Yordania-Turki.

Bolat menekankan bahwa pemulihan rute ini memiliki implikasi yang lebih luas daripada sekadar menyambungkan kembali Turki dengan Yordania dan Teluk. Menurutnya, ini adalah bagian dari upaya membangun kembali koridor logistik Eurasia yang vital, yang membentang dari Eropa hingga Jazirah Arab.

Agar rencana ini terwujud, serangkaian tantangan logistik dan administratif harus diatasi. “Koridor ini akan memungkinkan truk-truk Turki untuk menyeberang ke Yordania dan Teluk setelah mengatasi kekurangan terkait visa dan merehabilitasi jalan darat di dalam wilayah Suriah,” jelas Bolat. Untuk mendukung hal ini, Turki dan Suriah telah menandatangani perjanjian transportasi jalan di Istanbul pada 28 Juni, menyusul diskusi antara kementerian transportasi kedua negara.

Inisiatif ini juga sejalan dengan kemajuan yang telah dicapai antara Yordania dan Suriah. Pada bulan Juni, Komite Teknis Gabungan kedua negara sepakat untuk menyelaraskan prosedur transit, menetapkan prinsip resiprositas untuk bea cukai, dan memudahkan pergerakan barang serta penumpang.

Meskipun truk-truk Turki dilaporkan sudah mulai melintasi Suriah menuju Yordania dan Teluk, Bolat mengakui bahwa operasionalnya belum optimal. “Saat ini kami sedang mengatasi pembatasan yang tersisa seperti prosedur bea cukai Suriah, perbaikan jalan, dan peraturan visa,” ujarnya, sambil menegaskan target operasional penuh pada 2026. Ia juga mencatat antusiasme besar di Yordania, menyebut rute ini sebagai “koridor dua arah yang vital” yang akan menghubungkan Eropa dengan Timur Tengah dan membawa dampak positif bagi masyarakat kawasan.

Pemulihan Konektivitas Eropa-Teluk‎Pembukaan kembali koridor darat ini bertujuan memulihkan volume aktivitas komersial ke tingkat yang terlihat sebelum tahun 2011. Pada masa itu, sebelum konflik Suriah memaksa penutupan rute dan pengalihan ke jalur laut yang lebih mahal dan memakan waktu, puluhan ribu truk setiap tahun mengangkut barang antara Turki, Yordania, Arab Saudi, dan UEA melalui Suriah.

Para pejabat memandang inisiatif ini sebagai katalisator pemulihan ekonomi di wilayah-wilayah yang terdampak perang, dengan merangsang pusat-pusat logistik dan menghidupkan kembali komunitas di sepanjang rute. Proyek ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk membangun kembali konektivitas regional dan memperkuat rantai pasokan yang menghubungkan Eropa dengan Timur Tengah.

Rencana Revitalisasi Jalur Kereta Api Hejaz‎Selain fokus pada koridor jalan raya, Turki dan Yordania juga tengah menjajaki upaya ambisius untuk memulihkan Jalur Kereta Api Hejaz yang bersejarah. Rute peninggalan era Ottoman ini awalnya dibangun untuk menghubungkan Damaskus (Suriah) dengan Madinah (Arab Saudi).

Bolat menyatakan adanya “keinginan kuat” dari Ankara dan Amman untuk memodernisasi jalur tersebut, namun menekankan bahwa proyek ini tidak dapat dieksekusi secara sepihak dan membutuhkan keterlibatan semua negara terkait. Rencananya, jalur kereta api yang diaktifkan kembali ini akan melayani angkutan penumpang dan barang.

Sebuah nota kesepahaman (MoU) telah ditandatangani antara kedua negara yang mencakup kerja sama di berbagai bidang, termasuk perdagangan, industri, dan pariwisata. Langkah selanjutnya adalah menyusun kesepakatan yang lebih rinci dan kemungkinan pertemuan puncak antara Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan Raja Abdullah II.

Jalur Kereta Api Hejaz, yang diresmikan pada tahun 1908 oleh Sultan Ottoman Abdulhamid II untuk mengangkut peziarah, saat ini sebagian masih beroperasi di Yordania, namun segmen penting di Suriah telah nonaktif sejak konflik dimulai.

Kerja Sama Transportasi Trilateral‎Untuk mempercepat realisasi proyek ini, koordinasi regional ditingkatkan melalui kerangka kerja trilateral yang melibatkan Turki, Suriah, dan Yordania. Sebuah pertemuan teknis di Amman pada 11 September telah mempertemukan perwakilan kementerian perhubungan dari ketiga negara.

Diskusi dalam pertemuan tersebut difokuskan pada penyederhanaan prosedur perbatasan untuk truk, penyeragaman biaya bea cukai, dan identifikasi area infrastruktur yang mendesak memerlukan rehabilitasi.

Dalam kerja sama ini, Turki telah berkomitmen untuk mendanai pemeliharaan segmen Jalur Kereta Api Hejaz dari Damaskus hingga perbatasan Yordania, sementara Yordania akan menangani restorasi lokomotif. Yordania dan Suriah juga sepakat melakukan studi kelayakan untuk potensi perluasan jalur kereta api baru yang menghubungkan ibu kota mereka dengan Ankara. Pertemuan teknis ini menjadi landasan bagi pertemuan tingkat menteri mendatang untuk memfinalisasi rencana proyek, termasuk peningkatan di jalur penyeberangan utama seperti Nasib–Jaber (Yordania–Suriah) dan Bab Al Hawa (Suriah).

Gerbang Menuju Kebangkitan Ekonomi‎Dari perspektif Suriah, Mohammed Omar Rahal, Wakil Menteri Transportasi untuk Transportasi Jalan, menyambut baik kerja sama ini sebagai investasi strategis dalam stabilitas regional. Ia menyatakan bahwa konektivitas jalan raya dan kereta api antara ketiga negara ini merupakan “pintu gerbang menuju peluang baru” bagi pertumbuhan ekonomi.

Rahal menekankan bahwa inisiatif ini akan secara signifikan mengurangi biaya transportasi dan mempersingkat waktu pengiriman ke pasar. Hal ini diharapkan dapat merevitalisasi perdagangan, investasi, dan upaya rekonstruksi pasca-konflik, sekaligus mendorong saling ketergantungan yang positif antar negara tetangga. Bagi Turki sendiri, proyek ini menandai tonggak sejarah penting dalam visi jangka panjangnya untuk menjadi pusat transportasi terpadu yang menghubungkan Asia, Timur Tengah, dan Eropa.‎

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *