Connect with us

Nasional

Tumbuh 10,07 Persen, Kemenperin Yakini Industri Keramik Indonesia Segera Masuk Empat Besar Dunia

Published

on

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia menyuarakan keyakinan tinggi bahwa sektor industri keramik nasional siap untuk mencapai posisi empat besar produsen keramik global dalam waktu yang tidak terlalu lama. Keyakinan ini didasarkan pada pertumbuhan yang stabil dan signifikan yang terus dicatatkan oleh sektor ini dalam beberapa periode terakhir.

Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima dalam jajaran produsen keramik dunia. Kapasitas produksi keramik nasional terbilang besar, mencapai 625 juta meter persegi per tahun. Dengan adanya dukungan investasi yang berkesinambungan dan penerapan kebijakan-kebijakan yang strategis serta tepat sasaran, Kemenperin sangat optimistis Indonesia akan mampu melompat satu peringkat dan masuk ke dalam kelompok empat besar produsen global.

Data kinerja industri menunjukkan prospek yang cerah. Pada triwulan II tahun 2025, subsektor semen, keramik, dan pengolahan bahan galian nonlogam mencatatkan pertumbuhan yang impresif, yakni sebesar 10,07 persen secara tahunan (YoY). Angka pertumbuhan dua digit ini menempatkan subsektor tersebut sebagai salah satu penampil terbaik dalam sektor manufaktur nonmigas nasional.

Lebih lanjut, Bawazier memaparkan besarnya kontribusi sektor ini terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Sejak tahun 2020 hingga 2024, total realisasi investasi di sektor keramik telah mencapai angka Rp20,3 triliun, yang berhasil menyerap sekitar 10.000 tenaga kerja baru. Secara keseluruhan, total nilai investasi yang tertanam di sektor keramik saat ini sudah mencapai Rp224 triliun, dengan serapan tenaga kerja keseluruhan mencapai sekitar 40.000 orang yang tersebar di berbagai tahapan rantai produksi.

Prospek pasar domestik juga dinilai sangat menjanjikan. Peningkatan pesat dalam pembangunan infrastruktur, sektor properti, serta konstruksi di seluruh wilayah Indonesia menjadi motor penggerak utama permintaan keramik. Selain itu, tingkat konsumsi keramik per kapita di Indonesia saat ini masih relatif rendah, yakni sekitar 2,2 meter persegi per kapita. Angka ini masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Hal ini mengindikasikan bahwa ruang untuk pertumbuhan pasar domestik masih sangat luas dan terbuka lebar.

Untuk memuluskan target masuk empat besar global, Kemenperin telah menyiapkan strategi pengembangan melalui kawasan industri. Beberapa kawasan industri strategis telah disiapkan di Jawa Tengah, khususnya di wilayah Batang, Kendal, dan Semarang. Lokasi-lokasi ini dipilih karena memiliki keunggulan geografis, seperti kedekatan dengan pelabuhan utama, akses mudah ke jaringan jalan tol, serta ketersediaan infrastruktur gas yang memadai, yang merupakan kebutuhan vital bagi industri keramik. Kawasan-kawasan ini juga dirancang untuk menarik investasi, baik domestik maupun asing, dengan menawarkan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal.

Momentum penting untuk memamerkan kekuatan industri keramik Indonesia terjadi pada hari Senin, 10 November 2025, saat Indonesia, melalui Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), menjadi tuan rumah penyelenggaraan The 32nd World Ceramic Tiles Forum (WCTF) 2025 di Yogyakarta. Forum internasional bergengsi ini dihadiri oleh delegasi dari berbagai negara produsen keramik terkemuka, dan menjadi ajang strategis bagi Indonesia untuk menunjukkan daya saing serta kualitas produk keramik nasional.

Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, dalam forum tersebut memaparkan perbaikan kinerja utilisasi produksi nasional. Data menunjukkan bahwa utilisasi produksi keramik dari Januari hingga Oktober 2025 berada di level 72,5 persen, yang merupakan peningkatan dari angka 71 persen yang dicapai pada semester I 2025. Asaki memproyeksikan bahwa hingga akhir tahun 2025, utilisasi keramik nasional diperkirakan akan mencapai 73 persen, mengonfirmasi adanya tren perbaikan dan pertumbuhan yang positif dibandingkan tahun 2024.

Meskipun optimistis, Edy Suyanto juga mengakui bahwa industri keramik masih menghadapi sejumlah tantangan. Isu-isu utama yang harus diatasi mencakup masalah suplai gas, yang merupakan komponen biaya energi terbesar, adanya lonjakan impor produk keramik, serta masalah suplai bahan baku seperti clay dan feldspar yang mayoritas masih mengandalkan pasokan dari Jawa Barat.

Saat ini, produsen keramik terbesar di dunia secara berurutan adalah China, India, Italia, Spanyol, dan Indonesia. Dengan segala upaya dan strategi yang dicanangkan Kemenperin, harapan untuk menggeser salah satu negara pesaing dan mengamankan posisi keempat global kini berada di depan mata.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *