Lifestyle
Trigliserida vs LDL, Membedah Mitos dan Menentukan Musuh Utama Kesehatan Jantung
Semarang (usmnews) – Dikutip dari kompas.com Ketika menerima hasil pemeriksaan laboratorium (cek darah), banyak orang sering kali terjebak dalam kebingungan saat melihat angka profil lemak darah. Sering terjadi kesalahpahaman umum di mana pasien merasa lebih khawatir melihat angka trigliserida yang melonjak tinggi, karena angkanya sering kali terlihat drastis secara visual. Sebaliknya, kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL) kerap dianggap remeh atau dipandang “biasa saja” selama tubuh belum merasakan gejala sakit yang nyata.
Padahal, persepsi ini adalah kekeliruan fatal yang dapat memengaruhi prioritas penanganan kesehatan seseorang.
LDL: Sang “Pembunuh Senyap” yang SebenarnyaMenurut Dr. dr. Birry Karim, Sp.PD., K-KV., seorang ahli penyakit dalam dan kardiovaskular terkemuka, masyarakat perlu meluruskan pemahaman mereka. Meskipun trigliserida yang tinggi memang tidak baik, ancaman terbesar bagi nyawa khususnya terkait penyakit jantung dan pembuluh darah justru berasal dari LDL.
Dalam seminar kesehatan di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Dr. Birry yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Kardiovaskular RSCM menjelaskan bahwa LDL adalah “aktor utama” di balik penyumbatan pembuluh darah. LDL bekerja secara perlahan namun pasti: menumpuk di dinding arteri, memicu peradangan (inflamasi), dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Inilah cikal bakal serangan jantung mendadak dan stroke yang sering kali terjadi tanpa peringatan dini. Oleh karena itu, LDL mutlak menjadi target utama dalam pencegahan penyakit kardiovaskular.
Bahaya Spesifik Trigliserida: Ancaman bagi Pankreas
Lantas, apakah trigliserida tinggi boleh diabaikan? Tentu tidak. Dr. Birry menjelaskan bahwa trigliserida memiliki spektrum bahaya yang berbeda. Jika kadar LDL mengancam jantung dan otak, kadar trigliserida yang meroket ekstrem (mencapai angka 400, 500, hingga 1.000 mg/dL) membawa risiko akut berupa pankreatitis atau radang pankreas.
Kondisi ini sangat serius dan menyakitkan. Peradangan pada pankreas dapat memicu komplikasi berantai, mulai dari infeksi berat (sepsis), gangguan fungsi usus, hingga kerusakan kemampuan tubuh memproduksi insulin yang berujung pada lonjakan gula darah tak terkendali. Jadi, pengendalian trigliserida tetap krusial untuk mencegah komplikasi metabolik, namun fokus utama untuk “umur panjang jantung” tetaplah pada LDL.
Statistik Mengkhawatirkan: Alarm bagi Masyarakat Indonesia
Pentingnya mengelola LDL ini didukung oleh data yang memprihatinkan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2025, tercatat sekitar 800.000 penduduk Indonesia meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskular setiap tahunnya.
Angka ini selaras dengan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021 yang menempatkan penyakit kardiovaskular sebagai dominasi penyebab kematian di Indonesia:
- Stroke: Peringkat kedua penyebab kematian tertinggi (140,8 per 100.000 penduduk).
- Penyakit Jantung Iskemik: Peringkat ketiga (90,4 per 100.000 penduduk).
- Penyakit Jantung Hipertensi: Peringkat kedelapan (20,9 per 100.000 penduduk).
Mengingat populasi Indonesia yang mencapai 286 juta jiwa, kesadaran untuk menekan kadar “kolesterol jahat” (LDL-C) serendah mungkin bukan lagi sekadar anjuran, melainkan investasi kesehatan jangka panjang. Dr. Birry menekankan bahwa disiplin memodifikasi gaya hidup dan mengikuti saran medis adalah kunci untuk menghindari diri dari menjadi bagian dari statistik kematian tersebut.