International

Tragedi Kebakaran Gedung Pencakar Langit: Refleksi dari Hong Kong hingga Bencana Global

Published

on

Beijing (usmnews) di kutip dari kompas.id Peristiwa tragis kebakaran yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court di Tai Po, Hong Kong, pada Rabu (26/11) telah mengguncang komunitas global dan kembali menyoroti kerentanan bangunan-bangunan bertingkat tinggi terhadap bencana api. Laporan dari CNN Indonesia pada Senin, 1 Desember 2025, mencatat bahwa musibah ini merupakan salah satu bencana kebakaran terhebat yang pernah dialami Hong Kong, dengan jumlah korban jiwa yang sangat memilukan, mencapai sedikitnya 128 orang, termasuk beberapa Warga Negara Indonesia (WNI). Kebakaran yang dahsyat ini, yang merenggut nyawa dan harta benda, menjadi pengingat yang suram akan pentingnya standar keselamatan dan mitigasi bencana yang ketat pada struktur vertikal modern.

Meskipun tragedi di Wang Fuk Court kini menjadi fokus perhatian, sejarah mencatat bahwa kebakaran hebat pada gedung-gedung tinggi bukanlah fenomena baru. Insiden berulang ini telah menorehkan luka mendalam dalam sejarah arsitektur dan keselamatan publik di berbagai penjuru dunia. Dalam konteks ini, artikel tersebut merujuk pada **lima peristiwa kebakaran gedung tinggi paling terkenal dan mematikan** yang menjadi pelajaran berharga bagi perancang kota, insinyur, dan regulator keselamatan global.

Berikut adalah pemaparan lebih lanjut mengenai lima tragedi kebakaran gedung tinggi yang menjadi referensi dalam artikel tersebut, menegaskan betapa krusialnya perhatian terhadap protokol keselamatan kebakaran:

### 1. Torch Tower, Dubai: Ketahanan dan Kerentanan Modern

**Torch Tower, Dubai**, yang mengalami kebakaran pada tahun 2015 dan kembali terjadi pada tahun 2017, menjadi simbol kerentanan bangunan pencakar langit modern, terutama yang menggunakan material eksterior mudah terbakar (fasad). Meskipun seringkali tidak menyebabkan korban jiwa sebanyak tragedi lainnya berkat respons cepat dan sistem evakuasi yang relatif baik, kebakaran ini menyoroti bagaimana angin kencang dapat dengan cepat menyebarkan api melalui lapisan cladding luar, mengubah gedung mewah menjadi obor raksasa dalam hitungan menit. Insiden ini memicu diskusi intensif tentang penggunaan material komposit aluminium pada fasad bangunan tinggi di seluruh dunia.

### 2. Gedung Joelma, São Paulo: Bencana yang Mengubah Regulasi

Tragedi yang melanda **Gedung Joelma di São Paulo**, Brasil, pada tahun 1974 adalah salah satu bencana kebakaran gedung tinggi paling mematikan dalam sejarah. Kebakaran ini diperburuk oleh kurangnya tangga darurat yang memadai, desain yang tidak memungkinkan jalur evakuasi yang jelas, dan material interior yang sangat mudah terbakar. Lebih dari 170 orang tewas dalam kejadian mengerikan ini. Dampak dari kebakaran Joelma sangat besar, memaksa Brasil dan banyak negara lain untuk secara radikal merevisi kode bangunan mereka, menuntut adanya sistem proteksi kebakaran yang lebih canggih, pintu tahan api, dan perencanaan evakuasi yang lebih matang.

### 3. Hotel Winecoff, Georgia, AS: Kegagalan Keselamatan Historis

**Kebakaran Hotel Winecoff di Atlanta, Georgia, AS**, pada tahun 1946, dianggap sebagai kebakaran hotel terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Tragedi ini merenggut 119 nyawa. Kegagalan utama terletak pada kurangnya fitur keselamatan dasar seperti alarm kebakaran, penyiram otomatis (sprinkler), dan tangga darurat yang memadai. Sebagian besar korban terjebak di lantai atas. Bencana Winecoff menjadi katalisator bagi undang-undang keselamatan kebakaran di AS, yang menekankan persyaratan untuk sistem penyiram otomatis dan standar struktur bangunan yang lebih ketat, terutama di gedung-gedung yang berfungsi sebagai akomodasi publik.

### 4. Grenfell Tower, London: Dampak Material Fasad

Insiden tragis **Kebakaran Grenfell Tower di London** pada tahun 2017 masih segar dalam ingatan publik. Kebakaran ini menewaskan 72 orang dan menjadi contoh yang sangat jelas tentang bahaya dari *cladding* eksternal yang mudah terbakar. Api menjalar ke seluruh fasad gedung 24 lantai tersebut dalam waktu kurang dari satu jam, memicu penyelidikan publik besar-besaran dan kecaman terhadap standar keselamatan dan regulasi bangunan di Inggris. Tragedi Grenfell menggarisbawahi pentingnya pengawasan regulasi yang ketat dan etika dalam pemilihan material konstruksi, terutama untuk proyek renovasi.

### 5. The Station, Rhode Island: Walaupun Bukan Gedung Tinggi, Tetap Relevan

Menariknya, artikel CNN Indonesia mencantumkan **Kebakaran The Station di West Warwick, Rhode Island** (2003). Meskipun The Station adalah klub malam satu lantai dan secara teknis **bukanlah “gedung tinggi”** dalam definisi arsitektur (seperti Torch Tower atau Grenfell), penyebutan ini mungkin mengacu pada skala korban jiwa yang besar atau dampak besarnya terhadap regulasi keselamatan publik di ruang tertutup. Kebakaran ini, yang menewaskan 100 orang, disebabkan oleh piroteknik yang membakar bahan akustik yang sangat mudah terbakar. Tragedi The Station, layaknya kebakaran gedung tinggi, secara drastis mengubah peraturan tentang penggunaan bahan yang mudah terbakar, kapasitas kerumunan, dan akses darurat di tempat-tempat hiburan dan berkumpul publik.

Kebakaran di Hong Kong, dengan korban jiwa yang signifikan, memperpanjang daftar panjang insiden mematikan ini. Setiap tragedi, mulai dari Joelma yang bersejarah hingga Grenfell yang modern, menawarkan pelajaran yang harus terus diintegrasikan ke dalam praktik pembangunan dan manajemen darurat. Dunia arsitektur dan keselamatan kebakaran harus terus beradaptasi dan belajar dari setiap musibah, memastikan bahwa bangunan-bangunan pencakar langit, simbol kemajuan dan kepadatan urban, tidak berubah menjadi perangkap maut. Perhatian terhadap detail, mulai dari perencanaan evakuasi hingga pemilihan material tahan api, adalah kunci untuk mencegah terulangnya sejarah kelam ini.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version