Business
Tekanan Pasar Keuangan: Rupiah Tergelincir ke Level Rp16.677 per Dolar AS di Awal Pekan
Semarang (usmnews) – Dikutip dari market.bisnis.com Pada pembukaan perdagangan hari Selasa, 16 Desember 2025, nilai tukar mata uang Garuda kembali menghadapi tantangan berat. Berdasarkan data pasar spot yang dilansir oleh Bisnis.com, Rupiah dibuka melemah dan terjerembab ke posisi Rp16.677 per dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan ini menandai adanya tekanan jual yang cukup signifikan di pasar keuangan domestik menjelang akhir tahun, menempatkan Rupiah di zona merah bersama dengan mayoritas mata uang kawasan Asia lainnya.
Dominasi Dolar AS dan Sentimen Global
Pelemahan Rupiah pagi ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan respons langsung terhadap perkasa-nya indeks dolar AS di pasar global. Mata uang Greenback terpantau menguat terhadap sekeranjang mata uang utama dunia. Penguatan dolar ini umumnya dipicu oleh sentimen investor yang kembali memburu aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global atau antisipasi terhadap rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat. Kenaikan yield atau imbal hasil obligasi US Treasury sering kali menjadi katalis utama yang menyedot likuiditas dari pasar negara berkembang (emerging markets) seperti Indonesia, memaksa mata uang lokal untuk terkoreksi.
Dinamika Mata Uang Asia
Situasi yang dialami Rupiah juga tercermin pada pergerakan mata uang tetangga. Di kawasan Asia Pasifik, tren pelemahan cenderung seragam. Mata uang seperti Won Korea Selatan, Peso Filipina, hingga Ringgit Malaysia umumnya juga mengalami tekanan serupa ketika dolar AS sedang dalam tren bullish. Investor asing tampaknya mengambil sikap hati-hati (wait and see), menahan diri untuk masuk ke aset berisiko sembari menunggu sinyal kebijakan moneter lebih lanjut, baik dari The Federal Reserve (The Fed) maupun bank sentral utama lainnya.
Faktor Internal: Permintaan Dolar Akhir Tahun
Selain faktor eksternal, pelemahan ke level Rp16.677 ini juga dapat dikaitkan dengan siklus tahunan ekonomi domestik. Bulan Desember sering kali diwarnai oleh tingginya permintaan korporasi terhadap dolar AS. Kebutuhan ini biasanya didorong oleh kewajiban pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo serta repatriasi dividen oleh perusahaan asing menjelang tutup buku akhir tahun. Tingginya permintaan valuta asing (valas) di dalam negeri tanpa diimbangi pasokan yang memadai akan secara alami menekan nilai tukar Rupiah.
Proyeksi Perdagangan Harian
Para analis pasar memperkirakan bahwa pergerakan Rupiah sepanjang hari ini akan cenderung fluktuatif namun tetap berada dalam bayang-bayang tekanan. Mata uang Garuda diprediksi akan bergerak di kisaran level support dan resistance baru, dengan kemungkinan pelemahan lanjutan jika sentimen eksternal tidak membaik. Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) dipastikan akan terus memantau pasar dan siap melakukan intervensi—baik di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun pasar obligasi—untuk menjaga stabilitas nilai tukar agar volatilitasnya tetap terjaga dan tidak mengganggu fundamental ekonomi makro.