Lifestyle
Tato dan Risiko Kanker: Temuan Penelitian Terbaru

Jakarta (usmnews) – Para peneliti menerbitkan penelitian terbaru di jurnal BMC Public Health yang menunjukkan tato meningkatkan risiko kanker kulit dan kelenjar getah bening. Mereka mengumpulkan data dari lebih dari 5.900 pasangan saudara kembar di Denmark dan membandingkan saudara kembar yang satu memiliki tato dengan yang tidak. Pendekatan ini memungkinkan mereka menganalisis pengaruh secara mendalam karena kedua saudara berbagi faktor genetik dan lingkungan yang sama.
Sebelumnya, para peneliti menemukan tinta tato menembus lapisan kulit dan berpindah ke kelenjar getah bening. Mereka mengamati partikel tinta menumpuk di kelenjar getah bening, sehingga tubuh menganggapnya zat asing. Akibatnya, sistem imun merespons kehadiran tinta secara terus-menerus. Semakin lama menempel di dalam tubuh, tinta akan terus terakumulasi, sehingga meningkatkan kemungkinan munculnya kanker kulit dan limfoma. Selain itu, penelitian mengungkap bahwa individu dengan berukuran lebih besar, terutama yang melebihi ukuran telapak tangan, menghadapi risiko kanker yang lebih tinggi.
Orang sering memilih tato sebagai simbol keindahan dan identitas, namun penelitian ini mendorong masyarakat menimbang konsekuensi kesehatan jangka panjang. Para peneliti mendesak setiap orang yang ingin menato tubuh membaca informasi secara seksama dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu. Mereka juga mengajak industri meningkatkan standar penggunaan tinta serta prosedur sterilisasi guna meminimalkan paparan zat berbahaya.
Penelitian ini memicu pengkajian lebih lanjut mengenai mekanisme molekuler di kelenjar getah bening dan hubungan antara jenis limfoma tertentu dengan tato. Dengan demikian, para peneliti mengajak masyarakat untuk mengekspresikan diri melalui tato sambil tetap memperhatikan potensi risiko kesehatan di masa depan. Temuan tersebut memberikan pandangan baru yang membantu individu membuat keputusan lebih bijak dalam memilih tato sebagai bentuk ekspresi diri.