Education
Skandal di Menara Gading: SNU Anulir Nilai Ujian Akibat Dugaan Kecurangan Massal.
Semarang (usmnews) – Dikutip dari Kompas.com Dunia pendidikan tinggi Korea Selatan tengah diguncang oleh skandal akademik yang melibatkan universitas paling bergengsi di negara tersebut, Seoul National University (SNU). Institusi yang menjadi impian jutaan pelajar Korea dan dikenal sebagai bagian dari kelompok elit “SKY” (bersama Korea University dan Yonsei University) ini harus mengambil langkah drastis dengan membatalkan atau menganulir nilai ujian akhir mahasiswanya menyusul temuan dugaan praktik menyontek secara massal.
Kronologi Kejadian: Kolaborasi Ilegal di Ruang Ujian
Insiden ini terjadi pada sesi ujian akhir semester di penghujung tahun 2025. Laporan menyebutkan bahwa kecurangan ini tidak dilakukan oleh segelintir individu, melainkan melibatkan sekelompok besar mahasiswa dalam satu mata kuliah tertentu. Praktik ketidakjujuran ini diduga dilakukan dengan memanfaatkan celah pengawasan atau menggunakan alat komunikasi digital untuk berbagi jawaban (answer sharing) selama ujian berlangsung.
Indikasi kecurangan mulai tercium ketika pihak pengajar atau profesor menemukan pola jawaban yang identik secara tidak wajar di antara lembar jawaban para mahasiswa. Selain itu, adanya laporan dari mahasiswa lain yang merasa dirugikan turut memperkuat dugaan bahwa integritas ujian telah ternoda secara sistemik.
Langkah Tegas: Pembatalan Nilai Demi Keadilan
Merespons temuan tersebut, pihak fakultas dan profesor penanggung jawab mata kuliah mengambil keputusan yang sangat berat namun dianggap paling adil: menganulir seluruh nilai ujian akhir. Keputusan ini didasarkan pada prinsip bahwa mustahil untuk memisahkan secara presisi mana mahasiswa yang murni jujur dan mana yang terlibat dalam skema kecurangan tersebut tanpa bukti forensik yang memakan waktu.
Sebagai konsekuensinya, pihak universitas kemungkinan besar akan menjadwalkan ujian ulang dengan protokol pengawasan yang jauh lebih ketat atau mengubah metode penilaian menjadi berbasis tugas individu yang sulit untuk dipalsukan. Langkah ini diambil untuk menjaga standar akademik SNU yang selama ini dikenal tanpa kompromi. Pihak universitas menegaskan bahwa integritas akademik adalah pilar utama pendidikan, dan toleransi terhadap kecurangan adalah nol (zero tolerance), meskipun pelakunya adalah mahasiswa berotak cemerlang sekalipun.
🇰🇷 Cerminan Tekanan “Education Fever” di Korea
Kasus ini membuka kembali diskusi hangat mengenai budaya pendidikan di Korea Selatan yang sangat kompetitif. Mahasiswa di universitas top seperti SNU menghadapi tekanan luar biasa untuk mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang sempurna. Di Korea, nilai akademik sering kali dianggap sebagai satu-satunya tiket emas menuju karier di perusahaan konglomerat (Chaebol) atau posisi pemerintahan.
Tekanan psikologis untuk tidak gagal inilah yang sering kali mendorong mahasiswa—bahkan mereka yang sebenarnya cerdas—untuk mengambil jalan pintas. Fenomena ini menjadi ironi tragis; di satu sisi mereka adalah putra-putri terbaik bangsa secara intelektual, namun di sisi lain, sistem kompetisi yang “berdarah-darah” menggerus nilai-nilai kejujuran moral mereka.
Dampak Jangka Panjang
Skandal ini tentu mencoreng reputasi SNU di mata publik. Namun, transparansi universitas dalam mengakui masalah dan keberanian untuk membatalkan nilai massal juga mendapat apresiasi sebagai bentuk komitmen terhadap kebersihan akademik. Kasus ini menjadi peringatan keras bagi seluruh civitas akademika di Korea Selatan bahwa reputasi institusi tidak akan melindungi siapa pun dari sanksi jika melanggar etika dasar pendidikan.
Kesimpulan
Peristiwa di Seoul National University ini mengajarkan bahwa kecerdasan intelektual tanpa integritas moral adalah kesia-siaan. Keputusan menganulir nilai bukan sekadar sanksi administratif, melainkan upaya penyelamatan marwah pendidikan agar lulusan yang dihasilkan tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga jujur dalam bertindak.