Lifestyle
Singapura Kaya, Tapi Warganya Terjebak Tren Pay Later
Jakarta (usmnews) – Singapura, negara kaya dengan perekonomian maju, ternyata menghadapi tren baru di kalangan warganya. Layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) kini semakin populer, terutama di kalangan generasi muda.
Laporan Worldpay pada 2024 menunjukkan bahwa 77 persen Gen Z di Singapura menggunakan layanan pay later, menjadikannya kelompok usia dengan persentase tertinggi. Milenial dan Gen X juga tidak ketinggalan, masing-masing dengan persentase 47 persen dan 28 persen.
Tren ini mencerminkan kebiasaan konsumtif warga Singapura yang menggunakan pay later untuk kebutuhan sehari-hari. Euromonitor International menyebutkan mahasiswa dan fresh graduate dengan pendapatan di bawah S$30.000 sebagai target utama layanan ini.
Pay later menawarkan kemudahan akses kredit bagi konsumen muda yang belum memiliki kartu kredit, menjadikannya pilihan populer untuk memenuhi kebutuhan harian tanpa harus langsung membayar penuh.
Indonesia Terpengaruh Tren Pay Later
Fenomena serupa mulai berkembang di Indonesia. Masyarakat Indonesia semakin gemar membeli barang dengan fitur BNPL. Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan layanan ini. Penyaluran piutang pembiayaan Pay Later dari Perusahaan Pembiayaan (PP) tercatat naik 103,4% per September 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan menyebutkan piutang pembiayaan BNPL oleh PP mencapai Rp8,24 triliun pada September 2024. Tren ini menunjukkan pesatnya perkembangan layanan BNPL di Indonesia, dengan semakin banyak konsumen yang memanfaatkan kredit tanpa bunga untuk membeli barang dan jasa.
Kemudahan akses dan popularitas BNPL menjadikannya alternatif utama bagi konsumen di Singapura dan Indonesia. Namun, tren ini juga menimbulkan kekhawatiran akan potensi ketergantungan dan dampaknya terhadap kebiasaan keuangan jangka panjang.