Nasional
Sektor Perikanan Indonesia Tunjukkan Resiliensi, Kinerja Ekspor dan Investasi Tumbuh Positif hingga Oktober 2025

Semarang (usmnews) – Dikutip dari finance.detik.com Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, sektor kelautan dan perikanan Indonesia berhasil mencatatkan kinerja yang impresif sepanjang tahun 2025. Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor hasil perikanan Indonesia hingga bulan Oktober 2025 mengalami pertumbuhan positif.
Secara akumulatif, nilai ekspor tercatat naik sebesar 5,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Jika dikonversikan ke dalam nilai moneter, angka ini mencapai US$ 5,07 miliar atau setara dengan Rp 83 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.500 per dolar AS). Pencapaian ini melampaui kinerja periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 4,82 miliar.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Machmud, menegaskan bahwa kenaikan ini merupakan indikator kuat bahwa produk perikanan Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional, meskipun sempat menghadapi berbagai hambatan dagang, termasuk kasus terkait komoditas udang di Amerika Serikat.

Dinamika Pasar Tujuan Ekspor: AS Menguat, Tiongkok Terkoreksi
Kinerja ekspor ke berbagai negara tujuan utama menunjukkan tren yang bervariasi namun tetap didominasi oleh sentimen positif:
- Amerika Serikat (AS): Meskipun diwarnai isu hambatan dagang, pasar AS tetap menyerap produk Indonesia dengan baik. Ekspor ke AS tumbuh 2,6% (yoy) dengan nilai mencapai US$ 1,6 miliar.
- Kawasan ASEAN: Pertumbuhan paling signifikan terlihat pada pasar regional Asia Tenggara, di mana ekspor melonjak tajam hingga 22,7% (yoy) menjadi US$ 811 juta.
- Jepang: Pasar Jepang juga mencatatkan pertumbuhan stabil sebesar 2,3%, dengan nilai ekspor sebesar US$ 506 juta.
- Tiongkok: Berbeda dengan pasar lainnya, ekspor ke Tiongkok mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 2,4% (yoy) menjadi US$ 962 juta.
Machmud menjelaskan bahwa penurunan nilai ekspor ke Tiongkok bukan disebabkan oleh penurunan volume permintaan yang drastis, melainkan karena normalisasi harga komoditas rumput laut kering. Sebelumnya, harga rumput laut sempat melambung tinggi hingga kisaran Rp 25.000 – Rp 30.000 per kilogram. Namun, pada periode ini harga telah kembali stabil di angka normal, yakni Rp 15.000 – Rp 20.000 per kilogram, yang secara otomatis mengoreksi nilai total ekspor ke negara tersebut.
Komoditas Unggulan: Udang Masih Menjadi Primadona
Dalam hal jenis komoditas, udang masih kokoh memegang predikat sebagai komoditas ekspor utama atau “primadona” perikanan Indonesia. Nilai ekspor udang menyentuh angka US$ 1,4 miliar, mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 8,6% (yoy).Selain udang, beberapa komoditas lain juga menunjukkan tren positif:
- Tuna, Cakalang, dan Tongkol: Mengalami kenaikan sebesar 2,6%.
- Cumi-cumi, Sotong, dan Gurita: Tumbuh sebesar 1,9%.
Di sisi lain, komoditas rajungan dan kepiting mengalami sedikit penurunan kinerja sebesar 2,5%. Hal ini dipicu oleh persaingan harga yang ketat dengan komoditas sejenis dari luar negeri, khususnya Alaskan crab (kepiting Alaska), yang mempengaruhi preferensi pasar global.
Neraca Perdagangan dan Realisasi Investasi

Kabar baik lainnya datang dari sisi neraca perdagangan. Sektor perikanan masih mencatatkan surplus yang sangat tinggi sebesar US$ 4,53 miliar. Angka impor tercatat relatif kecil, yakni hanya US$ 500 juta, yang sebagian besar didominasi oleh jenis ikan yang belum banyak diproduksi di dalam negeri seperti salmon, trout, dan kod.
Dari sisi investasi, hingga Triwulan III 2025, realisasi investasi di sektor ini telah mencapai Rp 7,82 triliun. Menariknya, struktur investasi ini didominasi oleh sektor hilirisasi, di mana 32% dari total investasi masuk ke bidang pengolahan, diikuti oleh sektor budi daya.
Adapun negara-negara yang menjadi investor terbesar meliputi:
- Singapura: Rp 510 miliar.
- Tiongkok: Rp 410 miliar.
- Korea Selatan: Rp 400 miliar.
Meskipun realisasi investasi baru mencapai 59,67% dari target ambisius tahun 2025 sebesar Rp 13,11 triliun, pemerintah tetap optimis. Dengan sisa satu triwulan terakhir, Machmud memproyeksikan total investasi yang masuk bisa mencapai kisaran Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun. Upaya terus dilakukan melalui berbagai forum bisnis dan investasi untuk menarik lebih banyak Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) guna memperkuat struktur industri perikanan nasional.







