Education
Sekolah Sebagai Oase Kemanusiaan: Kebijakan Disdik Sukabumi dalam Mitigasi Bencana

Semarang (usmnews) – Dikutip dari detik.com Pemerintah Kabupaten Sukabumi, melalui Dinas Pendidikan (Disdik), baru-baru ini mempertegas peran fasilitas pendidikan yang melampaui sekadar ruang akademik. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, memberikan lampu hijau dan dukungan penuh terhadap pemanfaatan gedung-gedung sekolah sebagai posko darurat bagi warga yang terdampak bencana alam. Kebijakan ini merupakan bentuk respon cepat pemerintah dalam menyediakan tempat bernaung yang aman dan layak bagi para penyintas di tengah situasi krisis.
Fungsi Ganda Institusi Pendidikan

Salah satu contoh nyata dari penerapan kebijakan ini adalah penggunaan gedung SDN Kawungluwuk di Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan. Sekolah tersebut kini dialihfungsikan sementara menjadi titik pengungsian utama bagi warga Kampung Sawah Tengah dan Babakan Cisarua. Deden Sumpena menekankan bahwa dalam kondisi darurat, aset negara seperti gedung sekolah harus memiliki fleksibilitas fungsi. Fasilitas pendidikan bukan hanya tempat untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menjadi benteng perlindungan terakhir yang memberikan rasa aman bagi komunitas di sekitarnya.
Momentum yang Tepat Tanpa Mengganggu KBM
Keputusan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat pengungsian sering kali menimbulkan kekhawatiran terkait terhambatnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Namun, dalam kasus di Sukabumi ini, Disdik memastikan bahwa proses pendidikan tetap terjaga. Deden menjelaskan bahwa kebijakan ini diambil pada waktu yang sangat strategis, yakni saat agenda akademik semester telah berakhir. Anak-anak didik baru saja menyelesaikan asesmen atau ujian akhir semester, sehingga pemanfaatan ruang kelas untuk pengungsi tidak akan berbenturan dengan jadwal belajar efektif siswa.
Dukungan Psikologis dan Trauma Healing
Selain aspek fisik dan infrastruktur, Disdik Sukabumi juga menyoroti aspek kesejahteraan mental para siswa. Deden menginstruksikan para tenaga pendidik dan guru di wilayah terdampak untuk hadir secara emosional bagi para muridnya. Guru tidak hanya diminta untuk menjaga aset sekolah, tetapi juga berperan aktif dalam memberikan dukungan moral serta program pemulihan trauma (trauma healing).
Langkah ini dianggap sangat krusial karena anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan mengalami stres pascabencana. Dengan kehadiran guru yang memberikan penguatan mental, diharapkan semangat belajar anak-anak tetap terjaga meskipun mereka sedang berada di tengah musibah.

Sinergi Komunitas di Tengah Cuaca Ekstrem
Penggunaan SDN Kawungluwuk sebagai posko darurat menjadi bukti nyata adanya sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan warga. Di bawah ancaman cuaca ekstrem yang masih berlangsung, ruang-ruang kelas yang biasanya dipenuhi tawa siswa kini memberikan kehangatan bagi ratusan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal atau harus mengungsi demi keselamatan. Kebijakan inklusif dari Disdik Sukabumi ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mengoptimalkan sumber daya publik untuk kepentingan kemanusiaan yang lebih luas.







