Connect with us

International

Segera Gabung ASEAN, Timor Leste Harapkan Pertumbuhan Ekonomi

Published

on

Jakarta (usmnews), Dikutip dari Detikcom, Timor Leste, negara termuda dan terkecil di Asia Tenggara, bersiap untuk secara resmi diakui sebagai anggota kesebelas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Proses panjang selama 14 tahun, sejak pengajuan permohonan pertama pada tahun 2011 dan dimulainya proses keanggotaan resmi pada tahun 2022, akan mencapai puncaknya. Keanggotaan penuh Timor Leste dijadwalkan akan dirayakan dalam sebuah “perayaan besar” pada Oktober 2025, bertepatan dengan KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur.

Konfirmasi mengenai penerimaan keanggotaan ini dipertegas oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim saat kunjungannya ke Dili pekan lalu. Dalam konferensi pers bersama Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, PM Anwar menyatakan keyakinannya bahwa keanggotaan Timor Leste akan membawa manfaat signifikan bagi seluruh negara anggota ASEAN. Sebagai ketua ASEAN tahun ini, dukungan penuh dari Malaysia menjadi penanda penting. Dukungan ini diperkuat dalam pertemuan antara PM Anwar dan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, di mana kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral di berbagai sektor utama, termasuk perdagangan, investasi, pendidikan tinggi, kesehatan, dan pariwisata. Integrasi penuh ke dalam blok regional ini diharapkan dapat membuka jalan bagi keterlibatan regional yang lebih luas dan integrasi ekonomi yang lebih baik bagi negara yang merdeka pada tahun 2002 setelah puluhan tahun perjuangan kemerdekaan melawan pendudukan Indonesia.

Meskipun sedang dalam proses menuju panggung regional, Timor Leste juga menghadapi dinamika domestik yang kompleks. Belum lama ini, negara tersebut menjadi sorotan karena adanya protes massal yang melibatkan sekitar 2.000 orang. Demonstrasi ini dipicu oleh rencana pemerintah untuk membelikan 65 anggota parlemen mobil SUV Toyota Prado secara gratis, sebuah pengeluaran senilai €3,6 juta (sekitar Rp 70 miliar). Protes yang berlangsung selama tiga hari sempat memanas dengan insiden lempar batu, pembakaran ban dan kendaraan, serta respons polisi berupa tembakan gas air mata. Namun, krisis ini mereda dengan cepat setelah pemerintah memutuskan untuk membatalkan pembelian kendaraan tersebut.

Menurut Michael Leach, seorang profesor hubungan internasional dari Swinburne University of Technology, respons cepat pemerintah terhadap tekanan publik ini justru membuktikan kualitas tinggi demokrasi Timor Leste. Leach, yang juga pendiri Timor Leste Studies Association, bahkan menyebut negara ini sebagai negara paling demokratis di Asia Tenggara, ditandai dengan jaminan yang kuat terhadap kebebasan berkumpul dan berpendapat. Ia berpendapat bahwa tingginya tingkat kebebasan sipil di Timor Leste, jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, memungkinkan protes dan konflik dengan pihak berwenang dapat dikendalikan dengan lebih baik.

Protes tersebut pada dasarnya mencerminkan kesenjangan investasi di negara yang perekonomiannya masih sangat bergantung pada ekstraksi sumber daya alam, khususnya cadangan minyak dari Laut Timor, yang menyumbang 80% dari PDB nasional. Meskipun banyak investasi mengalir ke proyek minyak dan gas, terdapat kekurangan investasi pada indikator pembangunan dasar seperti pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Respons pemerintah terhadap tekanan publik menjadi indikator kunci bagi masa depan negara berpopulasi sekitar 1,3 juta jiwa ini.

Timor Leste diklasifikasikan sebagai ekonomi berpendapatan menengah ke bawah dan merupakan yang terkecil di kawasan, menyumbang hanya 0,1% dari PDB regional. Selain mengandalkan minyak dan belanja publik sebagai stimulan utama, negara ini fokus mengembangkan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata untuk pertumbuhan ekonomi. Meskipun menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi, Timor Leste memiliki aset demografi yang signifikan: PBB mencatat negara ini memiliki populasi termuda di dunia, dengan 74% penduduk berusia di bawah 35 tahun.

Keanggotaan ASEAN dipandang sebagai langkah strategis untuk menarik investor asing. Khoo Ying Hooi, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Malaya, menyoroti bahwa kunjungan Anwar Ibrahim yang sangat signifikan tersebut telah menarik perhatian pebisnis dari kawasan untuk menjajaki peluang usaha dan investasi di Timor Leste bahkan sebelum pengumuman resmi keanggotaannya. Penerimaan penuh ke dalam ASEAN, yang dibentuk pada tahun 1967 untuk mendorong kerja sama ekonomi, sosial, pendidikan, serta perdamaian dan keamanan, diprediksi akan menjadi dorongan besar bagi Timor Leste untuk mengatasi tantangan ekonominya dan sepenuhnya mengintegrasikan diri ke dalam arsitektur regional.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *