Business
Rupiah Anjlok, Pengusaha Elektronik Mengeluh
Rupiah terus melemah terhadap dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan perang tarif yang dipicu oleh Trump dengan negara tetangga.
Pada Jumat (28/02/2025) pukul 13:57 WIB, rupiah turun 0,85% ke Rp16.585/US$. Penurunan ini lebih buruk dibandingkan penutupan kemarin (27/2/2025) di Rp16.445/US$, yang sudah melemah 0,49%, menurut data Refinitiv.
Pelemahan ini langsung mendapat perhatian dari pelaku industri elektronik di Indonesia. Ketua Gabungan Perusahaan Industri Elektronika dan Alat-Alat Listrik Rumah Tangga (Gabel), Oki Widjaja, mengungkapkan bahwa nilai tukar dolar AS di atas Rp16.000 selama setahun terakhir telah meningkatkan biaya produksi karena banyak bahan baku masih bergantung pada impor.
“Biaya produksi terus meningkat, tetapi kami kesulitan menaikkan harga jual karena daya beli masyarakat melemah,” ujar Oki kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2025).
Penurunan daya beli yang berlangsung lama telah membuat produsen menahan kenaikan harga. Akibatnya, marjin keuntungan semakin tertekan.
Sementara itu, nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS juga melemah signifikan. posisi rupiah saat ini malah lebih buruk dari pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah jatuh 0,67% ke Rp16.555/US$ pada 28 Februari 2025 pukul 10:24 WIB. Secara intraday, dan sempat anjlok lebih dalam ke Rp16.565/US$.
Rupiah melemah lebih buruk daripada 23 Maret 2020. Kondisi ini menunjukkan tekanan yang semakin besar terhadap mata uang nasional, mencerminkan berbagai faktor ekonomi yang memengaruhi stabilitasnya.
Pelemahan rupiah hari ini mencatatkan rekor terburuk sepanjang sejarah.