Business
Rupiah Menguat di Tengah Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

(usmnews) – Rupiah terus menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan meningkatnya optimisme pasar mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Menurut data dari Refinitiv, pada hari Kamis (1/8/2024), rupiah ditutup menguat 0,15% di posisi Rp16.230 per dolar AS. Penguatan ini melanjutkan tren positif dari hari sebelumnya (31/7/2024) di mana rupiah naik sebesar 0,25%.
Optimisme Pasar Terhadap Sinyal The Fed
Pasar merespons positif terhadap indikasi The Fed yang mungkin akan memangkas suku bunganya. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) tercatat naik 0,17% ke angka 104,27 pada pukul 14:50 WIB, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi hari sebelumnya di 104,09.
Sebelumnya, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25-5,50% pada hari Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (1/8/2024).
Sejak Maret 2022 hingga Juli 2023, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin (bps). Suku bunga kemudian dipertahankan di level 5,25-5,50% pada pertemuan-pertemuan berikutnya di September, November, Desember 2023, serta Januari, Maret, Mei, Juni, dan Agustus 2024.
Sinyal Jelas Pemangkasan Suku Bunga
Pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) kali ini, The Fed memberikan sinyal lebih jelas mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataan resminya, The Fed menyebutkan bahwa inflasi telah mendekati target 2%.
“Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat kemajuan signifikan menuju target inflasi 2%. Jika kondisi ini terus berlanjut, pemangkasan suku bunga dapat menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September,” ujar Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers setelah rapat FOMC, seperti dikutip dari CNBC International.
Tren Inflasi AS
Indikator inflasi AS, baik Indeks Harga Konsumen (CPI) maupun Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), terus menunjukkan tren penurunan yang semakin mendekati target 2%.
Jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunganya, hal ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi rupiah. Tekanan terhadap mata uang Garuda kemungkinan akan berkurang seiring dengan melemahnya DXY.
Penguatan rupiah ini menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia, memberikan harapan stabilitas yang lebih baik di tengah dinamika ekonomi global.