USM News
Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Tercatat di Level Rp15.950/US$ Akibat Prediksi Kenaikan Inflasi AS

(usmnews) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Senin (12/8/2024). Rupiah ditutup melemah sebesar 0,19% dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu, mencapai Rp15.950/US$—sebuah rekor pelemahan terbesar sejak 26 Juli 2024. Pelemahan ini disebabkan oleh prediksi kenaikan inflasi bulanan AS yang memicu penguatan indeks dolar AS (DXY).
Menurut data Refinitiv, indeks dolar AS (DXY) mengalami penguatan sebesar 0,05% dan berada di level 103,186, sedikit lebih tinggi dari penutupan pekan lalu yang tercatat di angka 103,135. Penguatan dolar ini memberikan tekanan tambahan pada rupiah, yang akhirnya menurun nilainya di pasar valuta asing.
Pelemahan rupiah ini terjadi seiring dengan prediksi bahwa inflasi bulanan AS akan meningkat. Berdasarkan data dari Trading Economics, konsensus memperkirakan inflasi bulanan AS akan naik menjadi 0,2% pada Juli 2024, setelah mengalami deflasi sebesar 0,1% pada bulan sebelumnya. Inflasi inti juga diperkirakan naik dari 0,1% menjadi 0,2% secara bulanan.
Meskipun inflasi bulanan AS diprediksi naik, inflasi tahunan diperkirakan akan melandai. Inflasi tahunan AS diprediksi turun menjadi 2,9% dari sebelumnya 3% year on year (YoY), sedangkan inflasi inti tahunan diperkirakan menurun dari 3,3% menjadi 3,2% YoY. Tren ini penting untuk diperhatikan karena memengaruhi prospek kebijakan moneter dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Jika inflasi terus melandai, peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang semakin besar.
Di sisi domestik, para pelaku pasar dan pengamat ekonomi berada dalam posisi “wait and see” menjelang pengumuman Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 yang akan dilaksanakan pada Jumat (16/8/2024). RAPBN ini diperkirakan akan mencerminkan kebijakan ekonomi yang akan dijalankan oleh pemerintahan Prabowo Subianto, yang baru saja terpilih sebagai Presiden Indonesia, berbeda dengan RAPBN yang biasanya bersifat baseline untuk presiden sebelumnya.
Keputusan yang akan diambil dalam RAPBN 2025 menjadi penentu arah perekonomian Indonesia ke depan, sehingga perhatian pasar sangat terfokus pada hasil pertemuan tersebut. Dengan situasi global yang dinamis dan kebijakan dalam negeri yang krusial, perkembangan ini menjadi faktor penting dalam menentukan arah nilai tukar rupiah ke depannya.