Nasional
Prabowo: MBG lahir dari pengalaman kampanye bertahun tahun
Jakarta (usmnews) di kutip dari kompas.com Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mengungkapkan bahwa program andalannya, Makan Bergizi Gratis (MBG), adalah hasil langsung dari pengalaman bertahun-tahun yang ia jalani saat berkampanye di berbagai pelosok Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan oleh Prabowo saat menjawab pertanyaan dari Malcolm Stevenson Jr. (Steve Forbes), Chairman dan Editor in Chief Forbes, dalam acara bergengsi Forbes Global CEO Conference 2025 yang berlangsung di Hotel St. Regis, Jakarta Pusat, pada malam Rabu, 15 Oktober 2025.Asal-Usul Program MBGPrabowo menjelaskan bahwa esensi dari program MBG adalah penyediaan makanan bergizi tanpa memungut biaya bagi penerima.
Ia secara eksplisit menghubungkan konsep program tersebut dengan observasi mendalam yang ia lakukan selama masa-masa kampanye. “Makan Bergizi Gratis pada dasarnya adalah penyediaan makanan bergizi tanpa biaya.
Program ini lahir dari pengalaman saya selama bertahun-tahun berkampanye,” ujar Prabowo.Sebagaimana diketahui publik, Prabowo telah maju sebagai calon presiden sebanyak lima kali sebelum akhirnya berhasil memenangkan Pemilihan Presiden pada tahun 2024.
Perjalanan politiknya yang panjang inilah yang memberinya kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat di berbagai daerah.Pengalaman Menyentuh di LapanganSelama rangkaian kampanye yang intensif dan berkelanjutan, Prabowo melakukan perjalanan keliling Indonesia, menjangkau desa demi desa.
Dalam setiap kunjungan tersebut, ia mengaku sering disambut oleh anak-anak kecil. Momen interaksi inilah yang menjadi titik balik dan inspirasi utama bagi lahirnya MBG.
“Lima kali saya mencalonkan diri, empat kali kalah, terakhir kali saya menang. Yang ingin saya katakan adalah, selama kampanye ini, lima kali kampanye ini, saya mengunjungi banyak daerah, ke banyak desa, dan setiap kali saya datang ke desa itu, saya melihat anak-anak kecil menyambut saya,” tuturnya.Ketika ia mencoba berkomunikasi dan menyapa anak-anak tersebut, Prabowo mengaku sangat terkejut dengan kondisi fisik mereka.
Ia menemukan adanya kesenjangan signifikan antara penampilan fisik atau pertumbuhan anak-anak tersebut dengan usia mereka yang sebenarnya. Dalam salah satu kejadian yang paling membekas, ia menduga seorang anak laki-laki baru berusia empat tahun karena postur tubuhnya, namun anak tersebut menjawab bahwa usianya sudah menginjak 10 tahun.
Situasi serupa terjadi pada anak perempuan, yang ia kira berusia lima tahun ternyata sudah 11 tahun.”Ketika saya berpikir bahwa anak laki-laki di depan saya pasti baru berusia empat tahun karena tubuhnya, dia menjawab bahwa dia berusia 10 tahun. Dan anak perempuan yang saya pikir baru berusia lima tahun, ternyata berusia 11 tahun.
Dan begitu seterusnya, jadi saya terkejut,” kata mantan Menteri Pertahanan ini.Menyaksikan Stunting dan Malanutrisi Secara LangsungPengalaman langsung ini membuka mata Prabowo terhadap realitas yang menyedihkan, yaitu masalah stunting (kekerdilan), malanutrisi (gizi buruk), dan kemiskinan yang akut. Ia menekankan betapa sulitnya bagi kalangan elite untuk benar-benar memahami bahwa ada sebagian anak di Indonesia yang terkadang hanya mampu makan nasi yang dibubuhi garam sebagai satu-satunya makanan mereka.
“Jadi saya melihat, secara langsung dan fisik, saya melihat stunting, saya melihat malanutrisi, saya melihat kemiskinan di mata saya, dan sangat sulit bagi orang-orang yang hidup di kalangan elite untuk memahami bahwa anak-anak terkadang hanya bisa makan nasi dengan garam.
Dan itu membuat saya berpikir,” imbuhnya.Inspirasi dari Negara Lain dan Proses PerancanganSetelah menyaksikan kondisi tersebut, Prabowo mulai merefleksikan program-program yang telah berjalan di luar negeri.
Ia teringat pada sistem yang diterapkan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan berbagai negara di Eropa, di mana makan siang gratis sering disediakan bagi siswa. Kesuksesan Brasil dalam menjalankan program serupa juga menjadi salah satu referensi penting baginya.Selain itu, ia membandingkan Indonesia dengan India, negara yang memiliki pendapatan per kapita lebih rendah daripada Indonesia, namun telah berhasil menyediakan program makan gratis.
Perbandingan ini memicu keyakinannya, “jika India bisa melakukannya, Indonesia pun pasti bisa.”Dengan keyakinan tersebut, sekitar tahun 2023—sebelum masa kampanye Pilpres—Prabowo dan timnya mulai merancang program MBG. Ia mencatat bahwa pada saat itu, sudah ada 77 negara di dunia yang menjalankan program makanan gratis. Ia kemudian bertekad menjadikan Indonesia sebagai negara ke-78 atau ke-79 yang menerapkan program ini.
“Jadi, ketika saya mulai mencalonkan diri, itu sekitar tahun 2023, saya rasa. Dan saat itu, ada 77 negara yang memiliki program makanan gratis. Jadi saya bilang Indonesia harus berada di urutan ke-78 atau ke-79.
Jadi kami mulai merencanakan dan saya mengumumkannya sebagai program kampanye saya. Dan kami merancangnya,” jelas Prabowo.Implementasi dan Klaim PencapaianSaat ini, program MBG sudah berada dalam tahap pelaksanaan.
Prabowo mengklaim bahwa program ini telah menjangkau sejumlah besar penerima, yaitu 35,4 juta anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Ia memberikan gambaran perbandingan yang dramatis mengenai skala program ini, menyatakan bahwa jumlah penerima tersebut hampir setara dengan tujuh kali populasi Singapura.
“Jadi, kami memberi makan gratis (hampir) tujuh (kali populasi) Singapura setiap harinya,” tutup Prabowo, menyoroti besarnya dampak yang diharapkan dari program Makan Bergizi Gratis ini terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga menyatakan optimismenya bahwa program MBG dapat memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga mencapai 8 persen dan menciptakan sekitar 1,5 juta lapangan kerja.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa meski adanya tantangan, insiden keracunan sekecil apa pun terkait MBG “tidak bisa diterima.”