International
Peru Putus Hubungan Diplomatik dengan Meksiko Akibat Skandal Suaka Mantan PM Betssy Chavez
Semarang (usmnews) – Dikutip dari detik.com hubungan diplomatik antara Peru dan Meksiko secara resmi berakhir pada hari Senin (3/11) waktu setempat, setelah Pemerintah Peru mengambil langkah drastis untuk memutuskan relasi dengan negara Amerika Utara tersebut. Pemicu utama dari keputusan ini adalah terungkapnya fakta bahwa mantan Perdana Menteri Peru, Betssy Chavez, yang saat ini meng hadapi tuntutan pidana berat, telah berlindung di dalam Kedutaan Besar Meksiko di Lima dengan tujuan mencari suaka.
Menteri Luar Negeri Peru, Hugo de Zela, dalam keterangannya kepada wartawan pada Selasa (4/11/2025), seperti dilaporkan oleh Reuters, mengonfirmasi bahwa otoritas Lima baru mengetahui keberadaan Chavez di dalam misi diplomatik Meksiko pada hari Senin.
Dalam pernyataan resminya, De Zela menuduh pemerintah Mexico City telah melakukan campur tangan yang tidak dapat diterima terhadap urusan dalam negeri Peru. Ia menegaskan bahwa pemberian perlindungan kepada Chavez, yang terlibat dalam kasus pidana serius terkait upaya pembubaran Kongres, dipandang sebagai “tindakan tidak bersahabat”.
“Menanggapi tindakan tidak bersahabat ini, dan dengan mempertimbangkan campur tangan berulang kali oleh presiden dan mantan presiden negara tersebut dalam urusan internal Peru, maka pemerintah Peru telah memutuskan pada hari ini untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Meksiko,” ujar De Zela.
Hingga saat pengumuman ini dibuat, pihak Kementerian Luar Negeri Meksiko dilaporkan belum memberikan tanggapan langsung atas pemutusan hubungan tersebut.
Latar Belakang Krisis Betssy Chavez
Betssy Chavez merupakan sosok kunci dalam krisis konstitusional Peru pada akhir tahun 2022. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri dalam waktu yang sangat singkat di bawah pemerintahan Presiden Pedro Castillo, yakni dari 25 November 2022 hingga 7 Desember 2022.
Jabatannya berakhir bersamaan dengan jatuhnya Castillo, yang dimakzulkan dan ditahan setelah mencoba membubarkan Kongres Peru secara ilegal. Upaya Castillo ini dilakukan hanya beberapa jam sebelum Kongres dijadwalkan menggelar pemungutan suara untuk memakzulkan dirinya.
Chavez menghadapi dakwaan pidana atas dugaan keterlibatannya dalam upaya yang dianggap sebagai kudeta mandiri (self-coup) oleh Castillo tersebut. Akibat kasus ini, Chavez sempat menjalani penahanan preventif sejak Juni 2023, namun dibebaskan oleh hakim pada bulan September lalu, meskipun proses persidangannya masih terus bergulir. Jaksa penuntut umum Peru menuntut hukuman 25 tahun penjara untuk Chavez.
Kontradiksi Seputar Upaya Suaka
Upaya suaka Chavez ke Kedutaan Meksiko tampaknya juga mengejutkan beberapa pihak, termasuk tim hukumnya. Pengacara Chavez, Raul Noblecilla, mengatakan kepada stasiun radio lokal RPP bahwa ia sudah tidak berkomunikasi dengan kliennya selama beberapa hari dan tidak mengetahui secara pasti apakah Chavez telah meminta suaka.
Ini bukan kali pertama Kedutaan Besar Meksiko dikaitkan dengan Chavez. Selama persidangan, sopir pribadi Chavez memberikan kesaksian bahwa pada hari upaya pembubaran Kongres oleh Castillo (Desember 2022), sang mantan PM sempat memintanya untuk mengantar ke Kedutaan Besar Meksiko. Namun, menurut kesaksian tersebut, Chavez kemudian berubah pikiran dan meminta untuk diantar kembali ke kantornya.
Chavez sendiri sebelumnya telah membantah kesaksian itu. Ia menyangkal pernah berusaha menghubungi Kedutaan Meksiko pada saat itu dan bersikeras tidak mengetahui rencana Castillo untuk membubarkan badan legislatif secara ilegal.