Lifestyle
Perempuan Stres Kronis Berisiko Tinggi Alami Stroke

Jakarta, (usmnews) – Perempuan Stres Kronis Berisiko Tinggi Alami Stroke. Sebuah studi terbaru dalam jurnal Neurology mengungkapkan bahwa stres kronis meningkatkan risiko stroke pada orang dewasa muda, terutama perempuan. Penelitian ini menekankan bahwa stres membebani sistem kardiovaskular dan menjadi faktor risiko stroke.
Lauren Patrick, MD, ahli saraf vaskular di University of California San Francisco, menyatakan bahwa stres psikologis berkepanjangan dapat merusak fungsi pembuluh darah. Para peneliti meneliti hubungan antara stres dan stroke iskemik, jenis stroke paling umum akibat penyumbatan aliran darah ke otak. Mereka merekrut 426 orang berusia 18-49 tahun yang pernah mengalami stroke dan 426 orang tanpa stroke. Peserta mengisi kuesioner tentang tingkat stres mereka. Hasilnya, 46% kelompok stroke melaporkan stres sedang hingga tinggi, sementara hanya 33% kelompok non-stroke melaporkan hal serupa.
Studi ini menemukan bahwa perempuan dengan stres sedang memiliki risiko stroke 78% lebih tinggi, sedangkan stres tinggi meningkatkan risiko hingga 6%. Namun, peneliti tidak menemukan korelasi serupa pada pria. Nicolas Martinez-Majander, MD, PhD, peneliti utama, menegaskan bahwa studi ini hanya menunjukkan korelasi, bukan sebab-akibat langsung antara stres dan stroke.
Martinez-Majander menjelaskan bahwa stres dapat memicu lonjakan tekanan darah, aritmia jantung, dan peradangan kronis. Selain itu, orang yang stres cenderung merokok, kurang berolahraga, dan memiliki pola makan buruk. Patrick menambahkan bahwa stres jangka panjang dapat menjadi faktor risiko vaskular yang signifikan, terutama bagi perempuan yang sering menjalani banyak peran sekaligus. Untuk mengelola stres dan melindungi jantung, Martinez-Majander menyarankan memantau tanda-tanda stres seperti kecemasan, sulit tidur, sakit kepala, dan kelelahan. Ia juga menekankan pentingnya mengenali gejala stroke, seperti mati rasa tiba-tiba, kesulitan berbicara, atau pusing.
Olahraga teratur, meditasi, dan praktik mindfulness dapat membantu mengurangi stres. Jika stres tidak terkendali, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan bantuan profesional. Dengan memahami dampak stres dan mengambil langkah pencegahan, kita dapat mengurangi risiko stroke dan menjaga kesehatan jantung.