International

Pentagon: 2 Kapal Induk AS Bikin Iran Pikir-pikir untuk Serang Israel

Published

on

Washington, (usmnews) – Pentagon mengungkapkan bahwa pengerahan tambahan aset militer Amerika Serikat (AS), termasuk dua kapal induk, di dekat Iran merupakan langkah yang diharapkan dapat membuat Teheran mempertimbangkan ulang ancamannya terhadap Israel. Gelombang kedatangan aset militer ini disebut telah “masuk ke dalam pikiran” Iran, mengubah perhitungan mereka terkait kemungkinan respons terhadap konflik yang semakin memanas di Timur Tengah.

Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, dalam konferensi pers pada Kamis waktu setempat, menyatakan bahwa peningkatan kemampuan militer AS di wilayah tersebut menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh Iran. “Kami telah memindahkan kemampuan ke wilayah tersebut yang menurut saya adil untuk dikatakan telah masuk ke dalam pikiran Iran dan akan memengaruhi perhitungan mereka tentang bagaimana dan apakah mereka memilih untuk merespons,” ujar Singh.

Langkah ini diambil setelah Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, memerintahkan kapal induk kedua untuk meninggalkan Indo-Pasifik dan bergabung dengan aset militer lainnya di wilayah operasi Komando Pusat (CENTCOM). Kelompok Penyerang Kapal Induk USS Abraham Lincoln tiba di Timur Tengah pada Rabu malam, menyusul perintah yang mempercepat transitnya ke kawasan tersebut.

Menurut Singh, pengerahan ini bertujuan untuk memberikan pesan pencegahan yang kuat serta menegaskan dukungan Washington kepada Israel jika terjadi serangan. Namun, Pentagon belum menentukan berapa lama aset militer ini akan tetap berada di Timur Tengah.

Pengerahan tambahan ini juga melibatkan ribuan pasukan tambahan, sistem pertahanan rudal balistik, kapal selam bertenaga nuklir dengan persenjataan rudal jelajah Tomahawk, serta kapal tempur amfibi USS Wasp. Langkah tersebut diambil setelah adanya ancaman balasan dari Iran dan Hizbullah atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut pada akhir Juli lalu.

Meskipun demikian, hingga Kamis malam, respons yang dijanjikan oleh Iran dan Hizbullah belum juga datang. Pejabat AS yang mengetahui penilaian intelijen terbaru menyatakan bahwa Washington masih memperkirakan semacam pembalasan dari Iran dan Hizbullah, meskipun belum jelas apakah mereka akan berkoordinasi dalam melakukan respons bersama atau masing-masing akan melancarkan serangan secara terpisah.

Intelijen AS memperkirakan bahwa Iran dapat melancarkan serangan dalam waktu 12-24 jam setelah keputusan diambil. Sementara itu, Hizbullah diperkirakan akan menyerang jantung Israel sebagai respons terhadap pembunuhan Fuad Shukr, meskipun serangan tersebut belum terjadi.

Pejabat AS juga menegaskan bahwa kehadiran aset militer ini di kawasan tersebut kemungkinan besar akan dipertahankan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Namun, langkah untuk menempatkan kembali pasukan di tempat lain masih bergantung pada perkembangan situasi di Gaza dan kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Analisis dan Implikasi

Pengerahan militer besar-besaran ini menegaskan komitmen AS dalam mempertahankan sekutunya di Timur Tengah, khususnya Israel, serta mencegah eskalasi lebih lanjut di kawasan yang sudah memanas. Namun, dengan ketidakpastian terkait respons dari Iran dan Hizbullah, kawasan ini masih berada dalam ketegangan tinggi yang berpotensi memicu konflik lebih besar jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Oleh karena itu, keberhasilan diplomasi dan upaya perdamaian tetap menjadi kunci dalam mencegah pecahnya konflik skala besar di Timur Tengah, yang dampaknya dapat dirasakan secara global.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version