Lifestyle
Penjual Takjil Ramadan Diawasi BPOM, Ini yang Akan Diperiksa

Jakarta (usmnews) – Penjual Takjil bermunculan di berbagai sudut kota untuk menawarkan aneka jajanan buka puasa, Setiap bulan ramadan, Warga pun akan berbondong-bondong mencari takjil favorit mereka sebagai hidangan pelepas dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa penuh. Namun, Karena ini demi menjaga keamanan pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) rutin melakukan pengawasan terhadap jajanan takjil agar tidak mengandung bahan berbahaya.
Pada tahun lalu, BPOM RI memeriksa 9.262 sampel takjil dan menemukan sekitar 1,10 persen di antaranya mengandung bahan berbahaya. Dari temuan tersebut, sebanyak 48,04 persen mengandung formalin, 25,49 persen mengandung pewarna sintetis Rhodamin B, 27,45 persen mengandung boraks, dan 0,98 persen mengandung pewarna kuning metanil. Keberadaan bahan-bahan ini tentu sangat berisiko bagi kesehatan masyarakat.
Mengonsumsi bahan-bahan berbahaya dalam makanan secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Masyarakat yang mengonsumsinya berisiko mengalami mual, muntah, pusing, bahkan peningkatan risiko kanker dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pengawasan terhadap makanan, terutama takjil, menjadi sangat penting selama bulan Ramadan.
Taruna Ikrar, Kepala BPOM, mengingatkan para pedagang agar tidak menambahkan bahan terlarang ke dalam makanan yang mereka jual. Ia mengingatkan para penjual takjil dan makanan lainnya untuk menjaga kepercayaan masyarakat dengan tidak menambahkan zat-zat berbahaya. “Para pedagang, baik yang makanan siap saji seperti takjil dan lainnya, serta makanan lainnya, hati-hatilah untuk kepentingan rakyat. Jangan dibohongi lah rakyat kita,” tegas Taruna.
Selain BPOM yang mengawasi, masyarakat juga harus lebih waspada dalam memilih takjil yang akan mereka konsumsi. Pembeli sebaiknya memperhatikan warna, tekstur, dan aroma makanan untuk mendeteksi kemungkinan adanya bahan berbahaya. Misalnya, makanan dengan warna yang terlalu mencolok bisa saja mengandung pewarna sintetis yang tidak aman. Selain itu, makanan yang memiliki tekstur terlalu kenyal atau tidak mudah basi patut dicurigai memiliki kandungan formalin atau boraks. Dengan lebih teliti dalam memilih suatu makanan dan masyarakat dapat mengurangi risiko mengonsumsi bahan berbahaya yang bisa membahayakan kesehatan.
*
*