Lifestyle

Pemotongan Anggaran Dinas Pengaruhi Okupansi Hotel di Bali

Published

on

Jakarta, (usmnews) – Pemotongan anggaran besar-besaran untuk perjalanan dinas di kementerian dan lembaga pemerintah berdampak signifikan pada sektor perhotelan. Akibatnya, okupansi hotel mengalami penurunan, terutama untuk segmen MICE (meetings, incentives, conventions, and exhibitions). Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, menyatakan bahwa sektor perhotelan kini lebih mengandalkan wisatawan liburan atau leisure.

“Kita kehilangan market dari wisatawan MICE yang biasanya diselenggarakan oleh kementerian, penurunan sekitar 10%,” ujar Rai Suryawijaya kepada CNBC Indonesia, Senin (24/2/2025). Meski demikian, tingkat okupansi hotel di Bali secara umum masih mencapai 70%, yang tergolong baik.

Wilayah Bali Selatan menjadi andalan utama untuk menarik wisatawan leisure. Dari total 160 ribu kamar hotel di Bali, sekitar 123 ribu kamar berada di wilayah ini. “Bali Selatan masih bagus. Tingkat hunian Bali Selatan masih 70-an persen. Daerah seperti Canggu, Kuta, Nusa Dua, Tanjung Benoa, dan Sanur mendominasi,” jelas Rai Suryawijaya.

Kalangan pengusaha hotel pun kini lebih fokus menargetkan wisatawan leisure daripada mengandalkan acara pemerintahan. Johannes Weissenbaeck, CEO OXO Group Indonesia, mengungkapkan, “Kita fokus ke wisatawan leisure seperti dari Singapura, Australia, Hong Kong, Eropa, dan Amerika Utara. Mereka datang untuk liburan.”

Meski menghadapi tantangan, sektor perhotelan Bali tetap berusaha beradaptasi dengan mengoptimalkan pasar leisure. Hal ini menunjukkan ketahanan industri pariwisata Bali dalam menghadapi perubahan kebijakan pemerintah. Dengan strategi yang tepat, hotel-hotel di Bali diharapkan dapat mempertahankan tingkat okupansi yang stabil.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version