Blog
Paris Saint-Germain (PSG) dituding kerahkan buzzer

Jakarta, (usmnews) Ajang penghargaan bergengsi Ballon d’Or 2025 kembali mencuri perhatian, bukan hanya karena persaingan ketat para pemain terbaik dunia, tetapi juga karena tudingan adanya kampanye terselubung. Acara yang diselenggarakan oleh French Football ini akan digelar pada 22 September di Theatre du Chatelet, Paris, dan kali ini, sorotan tajam mengarah ke Paris Saint-Germain (PSG).
Tudingan menyebutkan bahwa PSG, atau setidaknya pihak yang terafiliasi dengannya, diduga mengerahkan “buzzer” atau influencer untuk mengkampanyekan kemenangan salah satu pemain andalannya, Ousmane Dembele. Rumor yang beredar luas menyebutkan bahwa beberapa agensi telah didekati untuk menyebarkan opini bahwa Dembele adalah kandidat paling layak untuk memenangkan penghargaan individu paling prestisius tersebut. Aksi ini disebut-sebut dibiayai oleh sumber anonim, dan hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak PSG untuk menanggapi tudingan ini.
Persaingan Ketat dan Performa Gemilang Dembele

Tuduhan ini muncul di tengah persaingan ketat antara Dembele dan kandidat kuat lainnya, seperti pemain muda Barcelona, Lamine Yamal. Namun, performa Dembele sepanjang musim 2024/2025 memang patut diacungi jempol. Ia berhasil membawa PSG meraih pencapaian luar biasa: menyapu bersih semua gelar domestik dan, yang paling bersejarah, memenangkan Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Kontribusi signifikan Dembele dalam keberhasilan ini menjadikannya salah satu kandidat paling menonjol.
Kemenangan Dembele akan menempatkannya dalam jajaran elite pemain Prancis yang pernah meraih Ballon d’Or. Sejak pertama kali digelar pada 1956, hanya ada lima pemain Prancis yang berhasil mendapatkan trofi tersebut: Raymond Kopa, Jean-Pierre Papin, Michel Platini, Zinedine Zidane, dan Karim Benzema. Jika Dembele berhasil, ia akan menjadi nama keenam dalam daftar yang sangat eksklusif ini.
Sistem Voting dan Relevansi Tudingan

Meskipun rumor tentang kampanye “buzzer” ini menimbulkan perdebatan, penting untuk diingat bahwa pemenang Ballon d’Or ditentukan melalui sistem voting yang melibatkan para pemain, pelatih, dan jurnalis sepak bola dari seluruh dunia. Proses ini dirancang untuk memastikan bahwa keputusan didasarkan pada performa di lapangan, bukan popularitas atau kampanye di media sosial.
Pertanyaannya, seberapa besar pengaruh kampanye seperti ini terhadap hasil akhir? Apakah publikasi massal opini dapat memengaruhi pandangan para pemilih? Atau, apakah tudingan ini justru merusak citra pemain yang bersangkutan, terlepas dari performanya yang impresif?
Menjelang pengumuman pemenang, ketegangan semakin meningkat. Keputusan akhir akan menjadi bukti apakah performa Dembele yang gemilang di lapangan cukup untuk meyakinkan para pemilih, atau apakah tudingan di luar lapangan ini akan menodai jalannya persaingan yang seharusnya fair dan objektif. Kita tunggu saja hasilnya pada 22 September mendatang.