Entertainment
Panggung Seni Budaya Nusantara di Yogyakarta: Pesta Ragam Tradisi 23 Wilayah BPK Rayakan Hari Kebudayaan 2025
Perayaan akbar Hari Kebudayaan 2025, yang diprakarsai oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, menjadikan Kota Yogyakarta sebagai pusat kegiatan budaya nasional. Salah satu acara utama yang sangat menonjol dalam rangkaian peringatan tahunan yang jatuh pada tanggal 17 Oktober ini adalah diselenggarakannya Panggung Seni Budaya Nusantara. Kegiatan ini secara spesifik dirancang untuk menampilkan dan merayakan kekayaan seni dan tradisi dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari pertunjukan tari hingga musik tradisional.
Panggung megah ini berlokasi di Museum Serangan Umum 1 Maret, Kota Yogyakarta, dan menjadi ajang pagelaran seni kolosal yang melibatkan perwakilan dari 23 Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah di seluruh Nusantara. Dengan mengusung tema besar “Keberagaman Budaya Nusantara”, acara ini berhasil menyatukan berbagai sanggar, komunitas binaan BPK, pemerintah daerah, Tim 9 Garuda, dan entitas budaya lainnya dalam satu panggung. Tujuannya jelas, yakni menegaskan kembali posisi kebudayaan sebagai pilar vital bagi pembangunan bangsa dan memperkuat jati diri Indonesia melalui pelestarian warisan budaya.
Rangkaian pementasan dibuka dengan suguhan unik dari BPK Wilayah V (Jambi dan Bangka) yang menampilkan harmoni Musik Keruncong Stambul Fajar Pengekar Campo Pulau Mendanau. Keberagaman kemudian segera terpancar melalui tarian-tarian memukau dari berbagai penjuru, seperti:
- Tarian Jaranan Tril “Ananda Warih” yang dipersembahkan oleh BPK Wilayah XI (Jawa Timur).
- Tarian Wua Ta’a dari BPK Wilayah XVI (Nusa Tenggara Timur). Tarian ini memiliki nilai simbolik yang tinggi, merepresentasikan perjumpaan dan keharmonisan tiga latar budaya perempuan dari Flores, yaitu Lembata, Maumere, dan Manggarai.
- Tari multietnis yang merepresentasikan akulturasi budaya Kalimantan Barat, yakni Tari Tidayu (Tionghoa-Dayak-Melayu), yang dibawakan oleh BPK Wilayah XII.
- Jejak budaya dari ujung timur Indonesia diwakili oleh Tari E’mambo Simbo dari BPK Wilayah XXII (Papua).
Pergelaran seni tari terus bergulir, menampilkan spektrum seni tradisi yang sangat luas. Di antaranya adalah Lenggok Tradisi Negeri dari Sumatera Utara (BPK Wilayah II), Tari Maddoja Bine dari Sulawesi Selatan dan Tenggara (BPK Wilayah XIX), serta atraksi dinamis Tari Rapa’i Geleng dari Aceh (BPK Wilayah I). Kontingen lainnya turut meramaikan panggung, seperti BPK Wilayah XXI (Maluku Utara) dengan Tari Cokaiba Se Salai Jin, BPK Wilayah XIII (Kalimantan Tengah & Selatan) dengan Tari Radap Rahayu, BPK Wilayah XV (Bali & NTB) dengan Tari Ritus Metangi, BPK Wilayah XVIII (Sulawesi Barat & Tengah) dengan Tari Sayang-Sayang dan Torompio, dan ditutup oleh Tari Balada Cendrawasih dari BPK Wilayah XXIII (Papua Barat).
Tak hanya sebatas seni tari, panggung kebudayaan ini juga menyajikan atraksi seni bela diri dan musik daerah yang kaya akan filosofi. Penonton disuguhi pertunjukan silat tradisi seperti Pencak Silat Maung Bodas dari BPK Wilayah IX (Jawa Barat) dan Seni Debus Banten dari BPK Wilayah VIII (Banten & DKI Jakarta). Kesenian musik daerah juga turut memeriahkan, mencakup Musik & Syair Batanghari 9 dari BPK Wilayah VI (Sumatera Selatan), irama tabuhan Musik Dhol Tabut dari Bengkulu dan Lampung (BPK Wilayah VII), hingga alunan merdu seni musik Kolintang persembahan BPK Wilayah XVII (Sulawesi Utara).
Bahkan, Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang telah mendapat pengakuan internasional sebagai Intangible Cultural Heritage oleh UNESCO, seperti seni tradisi Pantun, juga mendapat tempat istimewa. Warisan budaya lisan ini dipentaskan melalui format yang memikat, yakni Drama Peraduan Pantun, yang dipersembahkan oleh BPK Wilayah IV (Riau & Kepulauan Riau).
Sebagai pamungkas yang spektakuler, pergelaran seni dari Balai Pelestarian Kebudayaan se-Indonesia ini ditutup dengan penampilan kolosal dari BPK Wilayah X (Jawa Tengah & DIY). Mereka mementaskan gabungan Tari Ramayana & Fire Dance, mengisahkan kembali cerita epik legendaris Rama dan Shinta, yang sekaligus menandai puncak perayaan keberagaman seni budaya Nusantara.
Panggung Seni Budaya Nusantara hanyalah satu bagian dari serangkaian acara yang lebih luas dalam peringatan Hari Kebudayaan 2025. Rangkaian kegiatan lainnya yang tersebar di Kota Yogyakarta, mencakup lokasi-lokasi strategis seperti Museum Benteng Vredeburg, Kawasan Malioboro dan Titik 0 Km Yogyakarta, Monumen Serangan Umum 1 Maret, dan Hotel Tasneem Mandira Baruga Ballroom, meliputi:
- Ruwat Nusantara
- Karnaval Ragam Budaya Nusantara
- Gastronomi Mustika Rasa Nusantara
- Seminar Sejarah Budaya Nusantara
- Pameran Warisan Budaya Nusantara
- Workshop Pusaka Kriya Nusantara
Penetapan tanggal 17 Oktober 2025 sebagai Hari Kebudayaan merupakan wujud nyata apresiasi pemerintah terhadap peran fundamental kebudayaan. Momen ini diharapkan dapat berfungsi sebagai penguatan strategis kebudayaan, baik dalam menjaga keberlanjutan warisan leluhur maupun dalam upaya menegaskan identitas dan jati diri bangsa di kancah global, sekaligus berfungsi sebagai pilar utama dalam kerangka pembangunan nasional.