Business
Oase Hijau di Tengah Jakarta, Menjelajahi Vertical Farming Tertinggi dan Tercanggih di Indonesia
Semarang (usmnews) – Dikutip dari trevel detik.com Di tengah hiruk-pikuk beton dan padatnya aktivitas metropolitan Jakarta, kawasan Cilandak kini menyimpan sebuah “harta karun” hijau yang revolusioner. Sebuah destinasi agrowisata baru telah hadir, menawarkan konsep pertanian vertikal (vertical farming) yang tidak hanya modern, tetapi juga memecahkan rekor sebagai yang tertinggi di Indonesia. Dengan ketinggian mencapai 18 meter, fasilitas ini berdiri gagah di lahan seluas 18 x 18 meter, menjadi simbol perpaduan harmonis antara alam dan kemajuan teknologi.
Teknologi Masa Depan dalam Genggaman
Daya tarik utama dari destinasi ini bukan sekadar pada tanamannya, melainkan pada kecanggihan teknologi yang mengoperasikannya. Pengunjung yang datang akan disuguhi pemandangan futuristik layaknya berada di laboratorium pertanian masa depan. Instalasi pipa vertikal menjulang hingga 13 lapisan, menampung total 33 ribu lubang tanam yang tersusun rapi.
Sistem pengelolaannya telah sepenuhnya mengadopsi teknologi Internet of Things (IoT). Tidak ada lagi cara konvensional yang melelahkan, segala aspek vital seperti pengaturan pH larutan nutrisi, pencahayaan lampu, hingga operasional pompa air, semuanya dikendalikan secara nirkabel melalui telepon pintar (smartphone). Kecanggihan ini memungkinkan greenhouse tersebut memproduksi hingga dua ton sayuran segar setiap bulannya dengan presisi tinggi.
Transformasi dari Riset Menjadi Wisata Edukasi
Fasilitas greenhouse ini sejatinya telah beroperasi sejak tahun 2022. Pada awalnya, tempat ini difungsikan murni sebagai pusat riset untuk memetakan pasar dan kualitas hasil panen. Namun, melihat antusiasme masyarakat yang begitu tinggi terhadap metode pertanian lahan sempit (urban farming), pengelola akhirnya membuka keran wisata edukasi secara resmi pada bulan September 2025.
Kini, pengunjung dapat menikmati paket wisata yang mencakup edukasi hidroponik dan bioteknologi. Para pemandu yang merupakan trainer lulusan pertanian siap menjelaskan proses budidaya dengan bahasa yang mudah dipahami, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Pengalaman Belajar yang Imersif
Saat memasuki area greenhouse, pengunjung akan merasakan perbedaan suasana yang mencolok. Suhu di dalam ruangan dijaga stabil pada kisaran 24-32 derajat Celcius berkat bantuan teknologi hexos, blower, dan kipas otomatis. Kenyamanan ini membuat durasi tur terasa menyenangkan.
Salah satu bagian paling menarik adalah ruang persemaian. Di sini, bibit-bibit tanaman yang berasal dari benih impor Kanada dirawat secara manual menggunakan media tanam rockwool (batu kapur yang dipanaskan). Ruangan ini didesain khusus dengan pencahayaan lampu LED, memberikan nuansa laboratorium yang kental. Pengunjung dapat menyaksikan fase awal kehidupan tanaman selama 2 hingga 3 minggu sebelum akhirnya dipindahkan ke pipa vertikal raksasa.
Tata letak tanaman pun tidak sembarangan. Melalui proses trial and error, pengelola menemukan formula posisi terbaik: selada diletakkan di bagian bawah agar daunnya tumbuh rapi, sementara tanaman mint ditempatkan di posisi yang lebih tinggi untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari yang lebih maksimal. Jenis tanaman lain yang dibudidayakan antara lain Italian basil, Thai basil, shiso perilla, dan kale.
Destinasi Ramah Keluarga dan Pemula
Respons positif datang dari para pengunjung, salah satunya Rara, yang merasa terkesan dengan konsep vertikal murni yang diterapkan berbeda dengan model segitiga bertingkat yang umum dijumpai. Menurutnya, penjelasan yang informatif membuat orang awam sekalipun menjadi paham dan terinspirasi untuk mempraktikkannya di rumah.
Hanya dengan biaya Rp50.000, wisatawan sudah mendapatkan paket lengkap: tur keliling, edukasi teori dan praktik, hingga membawa pulang hasil panen sayuran segar. Agrowisata vertical farming di Cilandak ini membuktikan bahwa keterbatasan lahan di Jakarta bukanlah penghalang untuk berkarya, sekaligus menjadi destinasi liburan alternatif yang mencerdaskan dan menyegarkan mata.