Business
Mentan Amran Sulaiman Instruksikan Operasi Pasar di Sumut dan Aceh Akibat Gangguan Distribusi Pangan

Semarang (usmnews) – Dikutip dari cnnindonesia.com Kondisi cuaca ekstrem yang melanda wilayah Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh sejak akhir November telah memicu gangguan serius pada rantai pasok bahan pangan pokok. Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan bahwa terjangan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor menjadi hambatan utama yang memutus jalur distribusi logistik dari sentra produksi menuju pasar-pasar tradisional.
Faktor Penyebab dan Kendala Distribusi Dalam keterangannya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, pada Kamis (11/12), Amran Sulaiman menjelaskan bahwa momen menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) biasanya memang diiringi dengan fluktuasi harga. Namun, tahun ini kondisinya jauh lebih berat karena faktor alam yang tidak terduga.

Akses transportasi yang lumpuh akibat infrastruktur jalan yang terputus membuat komoditas hortikultura seperti cabai merah, bawang merah, sayur-mayur, dan telur ayam sulit menjangkau konsumen. Hal ini menciptakan ketimpangan antara permintaan yang tinggi dengan stok yang sangat terbatas di tingkat pedagang eceran.
Kontras Kondisi: Krisis Hortikultura vs Stabilitas BerasMeskipun sebagian besar komoditas bumbu dapur dan protein mengalami lonjakan harga yang mengkhawatirkan, Amran memberikan kabar positif mengenai stok pangan strategis lainnya, yaitu beras. Di tengah badai krisis logistik ini, komoditas beras justru menunjukkan performa yang sangat stabil:
Rekor Stok Nasional: Cadangan beras pemerintah per 11 Desember mencatatkan angka 3,7 juta ton. Angka ini diklaim sebagai stok tertinggi dalam sejarah ketahanan pangan Republik Indonesia.
Tren Deflasi: Berbeda dengan cabai yang harganya meroket, beras justru mengalami deflasi atau penurunan harga secara konsisten selama tiga bulan terakhir.
Kendati demikian, Amran menegaskan bahwa pemerintah tidak akan bersikap pasif. Ia menginstruksikan seluruh jajarannya untuk tetap waspada dan tidak terlena dengan stabilitas harga beras, mengingat komoditas lain sedang dalam kondisi kritis.
Dampak Nyata di Pasar: Lonjakan Harga yang Fantastis Dampak dari terputusnya akses jalan di wilayah Bireuen dan Aceh Tamiang sangat terasa di pasar-pasar besar. Di Banda Aceh, harga cabai merah mengalami kenaikan yang tidak rasional, menembus angka Rp250.000 hingga Rp300.000 per kilogram. Harga telur ayam pun merangkak naik menjadi Rp70.000 per papan, dibarengi dengan mulai langkanya pasokan gas subsidi.

Di Medan, kondisinya tidak jauh berbeda. Harga cabai merah telah melampaui Rp100.000 per kilogram akibat penurunan pasokan yang mencapai 50 persen dari volume biasanya. Pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, mencatat bahwa banyak distributor besar memilih untuk menghentikan operasional sementara waktu karena risiko perjalanan yang terlalu tinggi akibat akses antardaerah yang rusak total.Langkah Strategis Pemerintah Guna meredam gejolak harga yang kian liar, Menteri Pertanian telah memerintahkan pelaksanaan operasi pasar secara masif di seluruh titik terdampak.
Langkah-langkah darurat yang diambil meliputi:
Operasi Pasar Hortikultura: Menyuplai cabai dan bawang merah langsung ke titik-titik konsumen untuk memotong rantai distribusi yang panjang.
Dukungan Logistik: Membantu memfasilitasi jalur distribusi alternatif atau perbaikan akses agar kendaraan pengangkut pangan dapat kembali bergerak.
Stabilisasi Harga: Memastikan bahwa spekulan tidak mengambil keuntungan di tengah situasi bencana melalui koordinasi dengan Satgas Pangan.
Amran Sulaiman memastikan bahwa pemerintah akan terus hadir di lapangan hingga jalur distribusi kembali normal dan harga bahan pokok kembali dalam jangkauan daya beli masyarakat, terutama menjelang perayaan akhir tahun.


