Lifestyle
Mengupas Tuntas Tradisi “Las Doce Uvas de la Suerte”: Asal-Usul Makan 12 Anggur di Malam Tahun Baru

Semarang (usmnews) – Dikutip dari cnbcindonesia.com Menjelang pergantian tahun ke 2026, media sosial kembali diramaikan dengan tren unik yang dipercaya membawa keberuntungan: memakan 12 butir anggur tepat saat detik-detik pergantian tahun. Tradisi yang dikenal dengan nama Las Doce Uvas de la Suerte (12 Anggur Keberuntungan) ini bukan sekadar tantangan viral semata, melainkan sebuah ritual budaya yang memiliki akar sejarah panjang dan makna simbolis yang dalam. Akar Sejarah: Antara Strategi Dagang dan Satir SosialBanyak orang meyakini bahwa tradisi ini bermula pada tahun 1909. Cerita populer menyebutkan bahwa pada tahun tersebut, para petani anggur di wilayah Alicante, Spanyol, mengalami panen raya yang luar biasa melimpah (surplus). Untuk menyiasati agar buah anggur tersebut tidak membusuk dan terbuang sia-sia, para petani menciptakan strategi pemasaran yang cerdas dengan mempromosikan gagasan memakan anggur di malam tahun baru sebagai pembawa nasib baik. Strategi ini sukses besar dan melekat menjadi budaya populer.
Namun, penelusuran sejarah yang lebih mendalam mengungkapkan fakta yang sedikit berbeda. Tradisi ini disinyalir sudah ada sejak akhir abad ke-19 (sekitar tahun 1880-an). Kala itu, kaum borjuis dan bangsawan di Madrid kerap meniru gaya hidup orang Prancis yang merayakan malam tahun baru dengan meminum sampanye dan memakan anggur. Sebagai bentuk ironi atau sindiran (satir) terhadap kebiasaan kaum elit tersebut, masyarakat kelas pekerja di Madrid mulai berkumpul di alun-alun Puerta del Sol. Mereka meniru kaum bangsawan dengan memakan anggur sambil mendengarkan lonceng jam berbunyi, namun melakukannya dengan cara yang lebih riuh dan merakyat. Dari aksi sindiran inilah, kebiasaan tersebut justru berkembang menjadi tradisi nasional yang dicintai hingga kini.

Ritual ini memiliki aturan main yang spesifik dan cukup menantang. Seseorang harus memakan satu butir anggur untuk setiap dentang lonceng jam dinding saat tengah malam (pukul 00.00). Artinya, ada 12 detik untuk menghabiskan 12 butir anggur. Tantangannya terletak pada kecepatan mengunyah dan menelan agar mulut tidak penuh sesak sebelum dentang lonceng terakhir berbunyi. Kegagalan menghabiskan anggur tepat waktu sering kali dianggap sebagai pertanda kurang baik, meskipun dalam praktiknya hal ini justru sering memicu gelak tawa bersama keluarga dan kerabat. Simbolisme Bulan dan Keberuntungan, angka 12 dalam tradisi ini bukanlah angka acak, melainkan representasi dari 12 bulan dalam satu tahun kalender. Setiap butir anggur yang dimakan melambangkan prediksi nasib untuk satu bulan ke depan:Jika anggur yang dimakan terasa manis, diyakini bulan yang diwakilinya akan penuh dengan kebahagiaan dan kemudahan.

Sebaliknya, jika anggur terasa asam, hal itu dianggap sebagai peringatan akan adanya tantangan atau kesulitan di bulan tersebut.Secara keseluruhan, tujuan utama dari tradisi ini adalah harapan (doa) untuk mendapatkan kemakmuran, kesehatan, dan “hoki” atau keberuntungan sepanjang tahun yang baru.Penyebaran GlobalMeski berakar kuat di Spanyol, tradisi ini telah menyeberangi samudra. Negara-negara di Amerika Latin (bekas koloni Spanyol) seperti Meksiko, Venezuela, dan Bolivia telah lama mengadopsinya. Di era digital saat ini, berkat pengaruh media sosial seperti TikTok dan Instagram, tradisi ini semakin mendunia dan dipraktikkan oleh masyarakat di berbagai benua, termasuk Indonesia, sebagai cara seru dan penuh harapan untuk menyambut tahun baru.







