Lifestyle
Mengupas Kebenaran: Apakah Telur Benar-Benar Musuh Utama Bagi Kadar Kolesterol Tubuh?
Semarang (usmnews) – Dikutip dari CNBC Indonesia, Selama bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade, telur sering kali dijadikan “kambing hitam” dalam dunia nutrisi dan kesehatan jantung.
Banyak orang yang secara sadar menghindari konsumsi telur, terutama bagian kuningnya, karena ketakutan yang mendalam akan lonjakan kadar kolesterol jahat dalam darah. Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan medis dan penelitian nutrisi modern, pandangan lama yang menempatkan telur sebagai musuh kesehatan ini mulai dipertanyakan kebenarannya.
Apakah ketakutan tersebut hanyalah mitos belaka, atau sebuah fakta yang harus diwaspadai?
Perbedaan Antara Kolesterol Pangan dan Kolesterol Darah
Penting untuk memahami bahwa kolesterol yang terdapat dalam makanan (kolesterol diet) tidak serta-merta berubah menjadi kolesterol dalam darah secara langsung pada kebanyakan orang.
Tubuh manusia memiliki mekanisme regulasi yang sangat canggih. Hati (liver) adalah produsen utama kolesterol dalam tubuh karena zat ini sebenarnya dibutuhkan untuk memproduksi hormon, vitamin D, dan membangun sel.
Fakta medis menunjukkan bahwa bagi mayoritas populasi, ketika Anda mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol (seperti telur), hati Anda akan merespons dengan memproduksi lebih sedikit kolesterol untuk menjaga keseimbangan.
Jadi, konsumsi telur dalam batas wajar tidak memberikan dampak signifikan terhadap kenaikan kadar kolesterol total maupun LDL (Low-Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat pada orang yang sehat.
Telur: “Superfood” yang TerabaikanAlih-alih menjadi penyebab penyakit, telur justru merupakan salah satu sumber nutrisi paling padat dan terjangkau di dunia. Menyebutnya sebagai penyebab kolesterol tinggi justru mengaburkan fakta bahwa telur kaya akan protein berkualitas tinggi, vitamin A, vitamin B12, vitamin D, dan antioksidan penting seperti lutein dan zeaxanthin yang sangat baik untuk kesehatan mata.
Selain itu, telur mengandung kolin, nutrisi esensial yang sangat penting untuk kesehatan otak dan fungsi saraf. Membuang kuning telur berarti membuang sebagian besar nutrisi penting tersebut.
Siapa “Penjahat” Sebenarnya?
Jika telur bukan penyebab utama kolesterol tinggi, lantas apa? Para ahli kesehatan kini lebih menyoroti bahaya dari lemak jenuh (saturated fat) dan lemak trans.
Seringkali, masalahnya bukan pada telurnya, melainkan “teman-teman” yang menyertai telur tersebut di piring makan, seperti daging olahan (sosis, bacon), serta cara pengolahannya.
Menggoreng telur dengan banyak mentega atau minyak jelantah jauh lebih berbahaya bagi kesehatan jantung dibandingkan telur itu sendiri.
Kesimpulan dan Rekomendasi Konsumsi
Meskipun aman, bukan berarti kita bisa mengonsumsinya secara berlebihan tanpa batas. Bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti penderita diabetes tipe 2 atau mereka yang memiliki kelainan genetik “hiper-responder” (di mana tubuh sangat sensitif terhadap kolesterol makanan), pembatasan konsumsi kuning telur mungkin masih disarankan oleh dokter.
Namun, bagi orang sehat pada umumnya, mengonsumsi 1 hingga 2 butir telur per hari masih dianggap aman dan justru menyehatkan.
Kuncinya ada pada metode memasak; merebus atau mengukus telur jauh lebih disarankan daripada menggorengnya. Jadi, anggapan bahwa telur adalah penyebab utama kolesterol tinggi lebih condong kepada mitos yang perlu diluruskan, asalkan dikonsumsi dengan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat.