Business
Menghadapi Lonjakan 3,9 Juta Penumpang Nataru 2025/2026, Menhub Tegaskan Keselamatan Kereta Api sebagai Prioritas Mutlak
Semarang (usmnews) – Dikutip dari liputan6.com Menjelang momen krusial pergantian tahun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah bersiap menghadapi gelombang mobilisasi masyarakat yang masif. Berdasarkan data survei yang dirilis oleh Badan Kebijakan Transportasi (BKT), diprediksi sebanyak 3,94 juta orang atau sekitar 3,29 persen dari total pemudik akan memilih moda transportasi kereta api jarak jauh selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Lonjakan penumpang ini memunculkan titik-titik kepadatan baru. Stasiun Pasar Senen diproyeksikan menjadi stasiun keberangkatan tersibuk dengan perkiraan menampung 1,21 juta penumpang (19,35 persen). Sementara itu, di sisi kedatangan, Stasiun Yogyakarta diprediksi menempati peringkat tertinggi sebagai destinasi utama, dengan estimasi kedatangan mencapai 805 ribu penumpang atau sekitar 12,90 persen dari total pergerakan.
Ultimatum Menteri Perhubungan: Keselamatan Adalah Harga Mati
Merespons proyeksi lonjakan mobilitas tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengeluarkan instruksi tegas. Ia menekankan bahwa masa angkutan Nataru merupakan periode paling vital dalam kalender transportasi nasional. Tantangannya bukan hanya pada volume penumpang yang membeludak, tetapi juga durasi pelayanan yang lebih panjang dibandingkan hari biasa.
Dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (19/12/2025), Menhub Dudy meminta agar manajemen keselamatan tidak sekadar menjadi jargon, melainkan dijalankan dengan disiplin tinggi, terukur, dan berbasis data. Ia menuntut agar keselamatan dijadikan budaya kerja sehari-hari di setiap lini operasional, bukan hanya saat periode sibuk.
Strategi Mitigasi dan Manajemen Risiko
Untuk memastikan perjalanan yang aman dan lancar, Kemenhub menggarisbawahi beberapa langkah strategis yang harus diimplementasikan oleh seluruh pemangku kepentingan perkeretaapian:
- Kesiapan Personel dan Sarana: Penyiagaan petugas yang profesional dan memadai, serta pemantauan intensif terhadap kondisi rel dan prasarana pendukung lainnya.
- Mitigasi Bencana: Mengingat Nataru sering bertepatan dengan musim hujan, kewaspadaan ekstra diarahkan pada daerah rawan banjir dan tanah longsor. Alat berat dan sarana penanganan gangguan harus siap siaga (standby).
- Keamanan Non-Teknis: Belajar dari insiden gangguan keamanan sarana beberapa bulan lalu—seperti kasus kebakaran gerbong Menhub mengingatkan bahwa ancaman tidak hanya datang dari faktor teknis atau alam. Kewaspadaan terhadap ketertiban dan keamanan lingkungan stasiun maupun gerbong harus diperketat.
Sinergi Lintas Sektor dan Fokus Perlintasan Sebidang
Menhub Dudy menegaskan bahwa keselamatan perkeretaapian bukan tanggung jawab tunggal PT Kereta Api Indonesia (Persero). Diperlukan orkestrasi dan sinergi yang kuat antara Kemenhub, TNI, Polri, BMKG, BASARNAS, hingga Pemerintah Daerah. Kolaborasi ini krusial, terutama untuk pengambilan keputusan cepat saat terjadi kondisi darurat di lapangan.
Secara khusus, Menhub menyoroti masalah klasik yang berisiko tinggi: perlintasan sebidang. Ia menginstruksikan PT KAI dan Ditjen Perkeretaapian untuk memberikan atensi serius pada pengamanan perlintasan, baik yang berstatus resmi maupun perlintasan liar yang digunakan masyarakat secara faktual. Langkah konkret yang diminta meliputi:
- Pemasangan rambu dan perlengkapan keselamatan yang memadai.
- Penegakan ketertiban lalu lintas di sekitar rel.
- Edukasi berkelanjutan kepada masyarakat sekitar jalur kereta.
Sebagai penutup, Menhub kembali mengingatkan seluruh jajaran untuk mematuhi prosedur standar operasional (SOP) dan membangun budaya saling mengingatkan.
Tujuannya jelas: menciptakan angkutan Nataru 2025/2026 yang tidak hanya andal dan berkelas, tetapi yang terpenting, selamat sampai tujuan.