Education
Mengapa Kita Terikat pada Musik? Menyingkap Rahasia Dopamin, Katarsis, dan Koneksi Sosial

Semarang (usmnews) – Dikutip Merdeka.com Musik adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia, menjadi teman setia dalam setiap spektrum emosi, mulai dari suka hingga duka. Keterikatan mendalam kita terhadap melodi, ritme, dan lirik ternyata memiliki penjelasan ilmiah yang kuat. Seperti diulas oleh BBC pada 3 November 2025, mendengarkan musik memicu pelepasan dopamin di otak. Dopamin, yang dikenal sebagai zat kimia kunci dalam sistem penghargaan (reward system), memainkan peran vital dalam menciptakan perasaan bahagia dan kepuasan. Selain memicu reaksi kimia ini, musik juga melatih otak untuk memprediksi alur sonik berikutnya, yang secara neurologis menghadirkan rasa aman dan pemuasan kognitif.
Dampak Musik pada Kesehatan Otak dan Mental. Dampak musik meluas hingga ke kesehatan otak dan fungsi kognitif. Peningkatan kadar dopamin tidak hanya memperbaiki suasana hati dan meningkatkan rasa percaya diri, tetapi juga terbukti membantu mengatasi depresi. Dengan prinsip ‘use it or lose it’ yang berlaku pada jaringan saraf, mendengarkan musik secara teratur berfungsi sebagai latihan bagi otak. Ini membantu menjaga jaringan saraf tetap aktif dan kuat, sehingga mendukung kesehatan otak dan kemampuan kognitif jangka panjang.

Secara neurologis, musik mengaktifkan beragam jaringan otak dan merangsang berbagai neurotransmiter yang secara langsung memengaruhi suasana hati. Khususnya, musik yang menenangkan memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Fungsi relaksasi ini juga membuat musik menjadi alat bantu tidur yang efektif. Studi yang dilakukan pada tahun 2007 terhadap penderita insomnia menunjukkan hasil yang signifikan, di mana 80 persen peserta melaporkan kualitas tidur yang lebih baik setelah rutin mendengarkan musik klasik sebelum beristirahat selama tiga minggu.
Musik sebagai Perekat Sosial dan Ekspresi Diri. Namun, ikatan kita dengan musik bukan semata-mata biologis; musik juga berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk membangun koneksi sosial dan mengekspresikan identitas. Mulai dari genre pop hingga punk, pilihan musik seseorang merefleksikan jati diri mereka dan, pada saat yang sama, membantu mereka menemukan kesamaan serta rasa kebersamaan dengan orang lain. Fenomena seperti Eras Tour Taylor Swift, di mana para penggemar saling bertukar gelang persahabatan, secara gamblang melambangkan bagaimana musik mampu menciptakan ikatan komunal yang kuat dan tulus.
Misteri Daya Tarik Musik Sedih (Melankolis). Salah satu aspek yang paling menarik dari hubungan manusia dengan musik adalah kecenderungan banyak orang untuk menikmati lagu-lagu yang bernuansa sedih atau melankolis. Secara intuitif, ini mungkin tampak kontradiktif, tetapi ada penjelasan filosofis dan psikologis untuk fenomena ini. Filsuf kuno Aristoteles mengemukakan bahwa karya seni yang sedih dapat memberikan katarsis emosional—suatu proses pelepasan emosi yang intens yang pada akhirnya meninggalkan pendengar dengan perasaan lega dan tenang. Sebuah studi dalam Journal of Aesthetic Education mendukung pandangan ini, menjelaskan bahwa kenikmatan yang diperoleh bukan dari kesedihan itu sendiri, melainkan dari kemampuan musik tersebut membangkitkan emosi yang mendalam, membuat individu merasa lebih hidup dan terhubung dengan kedalaman perasaannya.

Meningkatkan Kinerja dan Konsentrasi. Di luar aspek emosional dan sosial, musik juga berperan penting dalam meningkatkan kinerja harian. Banyak orang memutar musik saat bekerja atau belajar. Dalam konteks ini, musik instrumental atau tanpa lirik cenderung lebih efektif untuk meningkatkan konsentrasi, sementara musik dengan tempo yang cepat dapat memberikan suntikan energi dan semangat. Selain itu, musik adalah booster yang luar biasa saat berolahraga. Irama yang menyenangkan dan energik terbukti dapat membuat aktivitas fisik terasa lebih ringan dan menyenangkan, bahkan mampu mengurangi rasa lelah hingga 10 persen dengan membantu menjaga motivasi tubuh untuk terus bergerak.
Kesimpulannya, musik jauh melampaui perannya sebagai bentuk hiburan semata. Dengan manfaatnya yang terbentang dari pelepasan dopamin, manajemen stres, peningkatan fungsi kognitif, hingga perannya sebagai katalisator sosial dan katarsis emosional, musik berfungsi sebagai ‘vitamin’ esensial bagi pikiran dan jiwa. Ini adalah kekuatan universal yang menyatukan, menenangkan, dan secara signifikan berkontribusi pada kesejahteraan mental dan kognitif manusia.







