Business
Menanti Momentum Kebangkitan Bitcoin: Efek Kevin Hassett dan Spekulasi Kebijakan The Fed di Penghujung 2025
New York (usmnews) — Dikutip dari Kompas.com, Pasar aset kripto, khususnya Bitcoin (BTC), tengah berada dalam fase yang penuh ketidakpastian namun menyiratkan harapan baru menjelang akhir tahun 2025. Setelah sempat mencetak sejarah dengan menyentuh rekor tertinggi di angka 126.000 dolar AS pada Oktober lalu, performa Bitcoin mengalami koreksi tajam.
Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar akan potensi crash atau kejatuhan harga yang signifikan, yang menyebabkan aset digital ini kehilangan momentum kenaikannya dalam beberapa bulan terakhir.
Kendati demikian, Desember 2025 dipandang oleh sebagian besar analis sebagai bulan yang krusial yang dapat membalikkan keadaan. Optimisme ini bersumber dari spekulasi politik dan ekonomi makro di Amerika Serikat, khususnya terkait kepemimpinan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Nama Kevin Hassett, mantan penasihat Gedung Putih, kini mencuat sebagai kandidat terkuat untuk menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua The Fed.
Berdasarkan data dari platform prediksi Polymarket per Senin (1/12/2025), peluang Hassett untuk menduduki kursi panas tersebut melonjak hingga 34 persen. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bahkan memberikan sinyal bahwa Presiden Donald Trump kemungkinan besar akan mengumumkan pilihannya sebelum libur Natal tiba.
Hassett sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk melayani negara jika ditunjuk. Sosoknya dianggap sangat strategis bagi pasar kripto karena ia dikenal memiliki pandangan “dovish”—cenderung mendukung penurunan suku bunga guna memacu ekonomi—serta memiliki kedekatan dengan industri aset digital. Hassett diketahui terlibat dalam kelompok kerja yang merumuskan regulasi ramah kripto, mulai dari aturan stablecoin hingga wacana cadangan Bitcoin nasional.
Jika Hassett terpilih, pasar memprediksi adanya pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif. Hal ini berpotensi menekan nilai tukar dolar AS, yang secara historis berkorelasi terbalik dengan harga aset berisiko seperti Bitcoin.
Selain faktor kepemimpinan, CEO Ark Invest, Cathie Wood, menyoroti aspek likuiditas. Ia memproyeksikan berakhirnya program pengetatan kuantitatif (QT) The Fed pada 1 Desember ini, yang sebelumnya telah menyedot likuiditas pasar secara masif sejak 2022. Berhentinya QT diharapkan akan kembali membanjiri pasar dengan likuiditas segar.
Dukungan fundamental ini memicu keberanian para analis untuk mematok target harga yang fantastis. Tom Lee dari Fundstrat Capital meyakini tekanan jual sudah mereda dan Bitcoin siap menembus level 100.000 dolar AS lagi di bulan Desember. Sementara itu, Greg Waisman dari Mercuryo mencatat bahwa harga kini stabil di atas 90.000 dolar AS berkat keyakinan investor terhadap pemangkasan suku bunga.
Prediksi yang lebih bullish datang dari Joseph Raczynski yang menargetkan angka 151.000 dolar AS, serta Ben Ritchie dari Alpha Node Global yang bahkan melihat potensi Bitcoin menembus 200.000 dolar AS tahun ini. Semua optimisme ini bermuara pada satu tesis: kombinasi antara suplai yang terbatas, adopsi institusional masif yang dipimpin oleh raksasa seperti BlackRock, dan lingkungan suku bunga rendah akan menjadi bahan bakar utama bagi reli harga Bitcoin di penghujung tahun.