Lifestyle
Memahami dan Mengatasi Kerontokan Rambut di Masa Menopause

Semarang (usmnews) – Dikutip dari CNNIndonesia Menopause sering kali identik dengan gejala seperti hot flashes atau perubahan suasana hati, namun salah satu dampak fisik yang paling meresahkan bagi banyak wanita adalah kerontokan rambut. Fenomena ini bukan sekadar masalah kosmetik, melainkan cerminan dari perubahan biologis mendalam yang terjadi dalam tubuh.
Akar Masalah: Gejolak Hormonal dan Faktor Pemicu

Penyebab utama dari penipisan rambut di masa ini adalah pergeseran keseimbangan hormonal yang drastis. Selama masa subur, hormon estrogen dan progesteron bertindak sebagai pelindung yang memperpanjang fase pertumbuhan rambut dan menjaganya tetap kuat. Namun, saat menopause tiba, produksi kedua hormon ini menurun tajam. Akibatnya, hormon androgen (hormon pria) yang jumlahnya relatif sedikit dalam tubuh wanita menjadi lebih dominan. Dominasi androgen inilah yang memicu penyusutan folikel rambut, menyebabkan helai rambut yang tumbuh menjadi lebih halus, tipis, dan rapuh.

Namun, hormon bukanlah satu-satunya dalang. Artikel tersebut menyoroti empat faktor pendukung lainnya yang memperburuk kondisi ini:
1. Stres Kronis: Perubahan hidup di masa menopause sering memicu stres yang meningkatkan kadar kortisol. Kortisol yang tinggi mengganggu regenerasi sel rambut, memaksa folikel masuk ke fase istirahat lebih cepat.
2. Defisiensi Nutrisi: Diet ketat atau penyerapan nutrisi yang kurang optimal di usia paruh baya sering menyebabkan kekurangan zat besi, zinc, protein, dan Vitamin D—elemen vital untuk keratin rambut yang kuat.
3. Efek Samping Medis: Penggunaan obat-obatan tertentu yang umum dikonsumsi di usia ini, seperti obat hipertensi, pengencer darah, atau antidepresan, dapat memiliki efek samping berupa kerontokan.
4. Kondisi Kesehatan Penyerta: Penyakit seperti gangguan tiroid atau autoimun yang muncul di usia lanjut juga bisa bermanifestasi sebagai kerontokan rambut.
Strategi Holistik untuk Pemulihan
Kabar baiknya, kondisi ini dapat dikelola dan diminimalisir dampaknya melalui pendekatan menyeluruh yang mencakup gaya hidup dan perawatan fisik.
• Manajemen Stres adalah Kunci: Mengingat dampak kortisol yang merusak, menjaga kesehatan mental menjadi prioritas. Teknik relaksasi seperti yoga dan latihan pernapasan tidak hanya membantu meredakan gejala menopause lainnya, tetapi juga menciptakan lingkungan internal yang lebih kondusif bagi pertumbuhan rambut.
• Revolusi Piring Makan: Nutrisi adalah fondasi. Memperbanyak konsumsi makanan kaya asam lemak esensial (seperti ikan dan kacang-kacangan), serta memastikan asupan vitamin B6 dan asam folat yang cukup, dapat membantu “memberi makan” folikel dari dalam. Teh hijau juga disarankan karena kandungan antioksidannya yang tinggi.
• Perawatan Rambut yang Lembut: Di masa ini, rambut menjadi lebih rapuh, sehingga perlakuan kasar harus dihindari. Disarankan untuk beralih ke produk perawatan yang mengandung biotin, keratin, atau ginseng untuk memperkuat batang rambut. Hindari penggunaan alat penata rambut yang panas (seperti catokan atau hair dryer suhu tinggi) dan bahan kimia keras (seperti pewarna rambut amonia) yang dapat mematahkan helai rambut yang sudah menipis. Penggunaan bahan alami seperti minyak kelapa atau lidah buaya juga dianjurkan untuk menutrisi kulit kepala secara langsung.
Dengan memahami bahwa kerontokan ini adalah proses biologis yang kompleks namun dapat dikelola, wanita dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatan mahkota mereka di masa transisi ini.







