Entertainment
Melalui “Si Paling Mahir”, Raisa Ajak Ribuan Penonton JGTC Renungkan Bahaya Gengsi dan Pentingnya Empati
Panggung Festival Jazz Goes To Campus (JGTC) ke-48 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Depok, pada Minggu malam (waktu setempat), menjadi saksi penampilan spektakuler dari penyanyi ternama, Raisa Andriana. Dihadiri ribuan penonton yang memadati area kampus, Raisa tidak hanya menyuguhkan deretan lagu andalannya, tetapi juga menyampaikan pesan sosial yang sangat relevan dan mendalam mengenai pentingnya empati dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di tengah maraknya fenomena media sosial.
Di tengah euforia pertunjukannya, Raisa menyempatkan diri untuk berinteraksi langsung dengan para penggemar dan penonton yang hadir. Ia secara terang-terangan menyoroti obsesi berlebihan terhadap ketenaran yang didorong oleh hasrat untuk menjadi viral di media sosial.
Dari atas panggung, Raisa menyampaikan nasihat yang tegas namun hangat: “Aku enggak mau viral. Viral itu bukan tujuan hidup ya gais, ingat itu ya.” Pesan ini berfungsi sebagai pengingat penting bagi audiens, terutama generasi muda, bahwa mengejar popularitas sesaat tidak seharusnya menjadi tolok ukur utama kesuksesan atau kebahagiaan hidup. Ia mendorong audiens untuk fokus pada nilai-nilai yang lebih substansial daripada sekadar trending di linimasa.
Pesan ini disampaikan Raisa tepat sebelum ia membawakan lagu terbarunya yang berjudul “Si Paling Mahir”. Raisa menjelaskan bahwa lagu ini merupakan representasi artistik dari perasaan tersembunyi yang kerap disembunyikan seseorang di balik ucapan basa-basi atau klise, seperti kalimat sederhana namun penuh makna “aku enggak apa-apa kok”. Lagu ini menyoroti kontradiksi antara apa yang diucapkan dan apa yang sebenarnya dirasakan seseorang.
Pelantun lagu hit “Mantan Terindah” tersebut kemudian memperluas pesannya, mengingatkan seluruh audiens untuk menerapkan sikap yang lebih bijak dalam bersikap dan berpikir tentang orang lain. Raisa mengajak penonton untuk melakukan introspeksi sebelum melontarkan komentar atau penilaian negatif.
Raisa dengan lugas berkata, “Makanya kamu kalau mau julidin orang, kalau mau sebal sama orang, mau berprasangka buruk sama orang, pikir-pikir lagi deh. Karena kamu tuh enggak bakalan tahu sebenarnya apa yang lagi dia alami.”
Ia memberikan contoh nyata bahwa tampilan luar seseorang seringkali menipu. Seseorang yang selalu terlihat bahagia, ceria, dan tersenyum di hadapan publik atau di media sosial, belum tentu berada dalam kondisi mental atau emosional yang baik-baik saja.
“Mungkin kamu melihat orang itu selalu senyum, selalu tertawa, tapi di pikirannya dia sedang memendam sesuatu yang sangat pahit di dalamnya, kita kan enggak pernah tahu,” imbuhnya.
Raisa menggarisbawahi bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar mengetahui beban, perjuangan, atau kepahitan tersembunyi yang sedang dipikul oleh orang lain. Ia mengakhiri sesi interaksinya dengan sebuah nasihat kunci bahwa empati yang sejati berfokus pada saling menjaga perasaan dan tidak mudah menghakimi, mengakui kompleksitas emosi manusia di balik penampilan luarnya. Penampilan Raisa di JGTC ke-48 ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan mic-drop edukatif tentang nilai kemanusiaan di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.