Lifestyle
Media Sosial Tambah Beban Ganda pada Remaja

Jakarta (usmnews) – Media sosial memberi manfaat bagi remaja, tetapi juga memicu tekanan dan merusak kesehatan mental.
Psikolog Christie Saju dari LISSUN menilai media sosial mendistorsi realitas dan mengganggu proses pembentukan identitas remaja.
Ia menjelaskan remaja hanya melihat potongan hidup teman berisi prestasi, pesta, dan penampilan ideal (Hindustan Times, 28/8).
Hal itu memicu remaja membandingkan diri dengan citra tidak realistis di media sosial hingga menimbulkan putus asa.
Harga diri remaja sering tergantung pada validasi eksternal, seperti jumlah suka atau unggahan di media sosial, katanya.
Dia menyebut dunia digital memicu FOMO dan tekanan untuk selalu hadir.
Kaburnya batas antara sekolah, rumah, dan kehidupan sosial di media sosial membuat remaja selalu kelelahan, lanjutnya.
“Ancaman perundungan siber dan penghinaan publik menambah stres ringan yang konstan dan sulit dihilangkan,” katanya.
Christie mengatakan tekanan akademis dan tuntutan tampil sukses di media digital membebani remaja.
Ia menjelaskan bahwa remaja bisa cemas dan kelelahan parah saat mengejar prestasi tinggi sekaligus menjaga persona daring sempurna.
Menurutnya, hal itu merupakan respons alami remaja menghadapi lingkungan yang menantang.
“Solusinya bukan menjelek-jelekkan teknologi, melainkan membantu remaja meningkatkan literasi dan ketahanan digital,” katanya.
Dia menekankan pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri remaja tanpa bergantung pada kehadiran daring.
Ia menjelaskan bahwa cara mengajarkan remaja menilai konten daring, membatasi layar, dan membangun harga diri melalui aktivitas nyata.