Lifestyle
Makanan olahan berisiko tingkatkan kasus kanker usus

Jakarta (usmnews) – Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menegaskan makanan dan minuman ultra-proses berisiko besar meningkatkan kasus kanker usus di Indonesia.
Ketua Umum PP PAPDI, Dr. Eka Ginanjar, menjelaskan ultra-processed food mengandung gizi yang sudah berubah akibat proses olahan panjang.
Produsen juga menambahkan zat pemanis dan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan usus.
Eka memperingatkan, zat tambahan dalam makanan olahan dapat masuk ke jaringan usus. Konsumsi terus menerus, kata dia, bisa memicu kondisi serius.
Ia menyayangkan generasi muda justru lebih memilih makanan instan karena akses mudah dan praktis.
Dokter penyakit dalam lulusan Universitas Indonesia itu mendorong masyarakat kembali mengonsumsi makanan alami.
Ia menyarankan makanan dengan protein sehat, karbohidrat baik, serta rutin makan sayur dan buah untuk memenuhi cairan serta mineral.
“Makanan sehat itu protein dan karbohidratnya cukup. Kita harus memasak nasi langsung, bukan mengolahnya jadi produk instan. Kita juga bisa mengolah protein dari daging dengan cara digoreng, dibakar, atau direbus tanpa proses berlebihan,” tegasnya.

“Generasi muda bisa merasakan manfaat kesehatan sebagai investasi jangka panjang dalam 20–30 tahun mendatang,” kata Eka.
Ia meminta masyarakat menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, seperti olahraga rutin dan tidak merokok.
Ia juga menekankan pentingnya deteksi dini. Ia mencontohkan gejala awal kanker usus, seperti feses berbentuk kerikil, tubuh lemas, dan penurunan berat badan berkepanjangan.
Ia menganjurkan masyarakat segera berkonsultasi ke dokter jika merasakan gejala itu.
Berdasarkan data Globocan 2020, Eka mencatat ada 34.189 kasus baru kanker usus di Indonesia atau 8,6 persen dari seluruh usia.
Kanker usus masuk empat besar kanker terbanyak bersama kanker payudara, serviks, dan paru.