Nasional
Kontroversi Film “Dirty Vote” dan Respons Kubu Capres-Cawapres

Jakarta (usmnews) – Film dokumenter “Dirty Vote” yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono telah menimbulkan kehebohan karena mengangkat isu dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024. Tiga kubu calon presiden dan calon wakil presiden memberikan tanggapan atas konten yang dihadirkan dalam film tersebut.
Film tersebut memuat pernyataan dari tiga pakar hukum, yaitu Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari, yang menjelaskan tentang dugaan kecurangan dalam pemilu tersebut. Isu-isu yang disoroti termasuk pengangkatan Penjabat (Pj) kepala daerah dalam urusan elektoral, netralitas Pj kepala daerah, dugaan campur tangan menteri dalam pasangan calon, dan kesaksian dari kepala desa mengenai potensi kecurangan yang diarahkan oleh bupati dari salah satu kubu.
Tanggapan TKN Prabowo-Gibran
Kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, melalui Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Habiburokhman, menilai bahwa sebagian besar isi film tersebut merupakan fitnah dan narasi yang tidak ilmiah. Menurutnya, narasi-narasi dalam film cenderung tendensius dan tidak argumentatif. Dia meminta masyarakat agar tidak terprovokasi oleh narasi dalam film tersebut dan menyebut bahwa elektabilitas paslon nomor 2 sudah melewati batas 50 persen, sehingga film ini kemungkinan diluncurkan sebagai upaya terakhir untuk merusak citra paslon mereka.
Tanggapan Kubu Ganjar-Mahfud
Kubu Ganjar Pranowo-Mahfud Md menepis anggapan bahwa mereka melakukan kecurangan dalam pemilu. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa pihaknya selalu memegang komitmen untuk memposisikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Dia menyinggung soal penunjukan Pj kepala daerah dan campur tangan menteri, menyatakan bahwa hal tersebut dilakukan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh otoritas pemerintah.
Tanggapan Kubu Anies-Muhaimin
Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla, yang merupakan kubu dari Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), menanggapi film tersebut dengan menyebutnya masih ringan dibandingkan dengan kenyataan di lapangan. Menurutnya, film tersebut baru mencakup sebagian kecil dari peristiwa yang sebenarnya terjadi selama masa pemilu, dan masih banyak hal yang tidak terungkap dalam film tersebut.
Kontroversi seputar film “Dirty Vote” ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan integritas dalam pelaksanaan pemilu. Sementara para kubu berusaha menjelaskan dan membela diri terhadap dugaan kecurangan, publik diharapkan dapat mengambil kesimpulan yang bijak atas setiap informasi yang disampaikan.