Lifestyle
Jam Kerja Terpendek dan Terpanjang di Dunia
Jakarta (usmnews) – Jam kerja menjadi salah satu faktor utama yang disesuaikan perusahaan untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Perusahaan berupaya meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan mengelola durasinya.
Di seluruh dunia, rata-rata karyawan bekerja selama 40 hingga 50 jam per minggu. Banyak faktor memengaruhi panjangnya jam kerja, seperti jenis industri, kebijakan negara, dan kondisi ekonomi.
Beberapa negara menerapkan konsep work-life balance dengan memperpendek jam kerja. Mereka menyesuaikan kebijakan agar karyawan dapat bekerja lebih efektif tanpa mengorbankan kehidupan pribadi.
Berikut adalah 5 negara dengan jam kerja terpanjang, menurut ILO:
– Uni Emirat Arab: rata-rata 52,6 jam per minggu per orang yang bekerja
– Gambia: rata-rata 50,8 jam per minggu per orang yang bekerja
– Bhutan: rata-rata 50,7 jam per minggu per orang yang bekerja
– Lesotho: rata-rata 49,8 jam per minggu per orang yang bekerja
– Kongo: rata-rata 48,6 jam per minggu per orang yang bekerja
Jam kerja di berbagai negara tidak selalu terdistribusi secara merata. Sebanyak 46% karyawan di Uni Emirat Arab (UEA) bekerja lebih dari 49 jam per minggu. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di negara ini memberikan beban kerja yang tinggi kepada karyawannya.Sebagai perbandingan, hanya 8% pekerja di Austria yang bekerja melebihi batas tersebut.
Pekerja Amerika memiliki rata-rata waktu kerja 36,4 jam per minggu, menempatkan mereka di posisi tengah menurut data ILO. Angka ini lebih rendah dibandingkan Korea Selatan (37,9 jam), China (46,1 jam), Rusia (37,8 jam), dan India (47,7 jam).
Menurut data tahun 2022 dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), rata-rata pekerja Uni Eropa hanya menghabiskan 30,2 jam per minggu untuk bekerja. Sementara itu, pekerja Amerika menghabiskan lebih banyak waktu di tempat pekerjaan, menunjukkan perbedaan signifikan dalam budayanya antara kedua wilayah tersebut.
Dalam survei Randstad Workmonitor, 43% warga Amerika mengaku merasa terdorong untuk tetap siap bekerja di luar jam reguler.