Connect with us

International

Israel Memicu Kegemparan dengan Seruan Genosida di Lebanon, Kebocoran Dokumen Militer Mengungkap Fakta Mengejutkan

Published

on

Israel Memicu Kegemparan dengan Seruan Genosida di Lebanon, Kebocoran Dokumen Militer Mengungkap Fakta Mengejutkan

Tel Aviv (umsnews) – Kebocoran dokumen militer Israel telah mengungkap seruan mengerikan dari seorang komandan baru yang mendorong tindakan genosida di Lebanon. Informasi ini mencuat setelah Adi Engert, seorang petugas kesehatan mental di Angkatan Darat Israel, membocorkan berkas rahasia yang menunjukkan seruan Kolonel Moshe Pesel, komandan baru Brigade Alexandroni.

Dalam dokumen yang bocor tersebut, Pesel diduga menginstruksikan para prajuritnya untuk melakukan genosida di Lebanon. Kutipan dari berkas tersebut yang beredar di media menyebutkan, Desa-desa di Lebanon akan menjadi sunyi, dan jalan-jalannya tidak dapat dilalui. Pernyataan ini mengindikasikan niat untuk melakukan penghancuran massal yang berdampak luas di wilayah tersebut.

Engert mengungkapkan pernyataan ini melalui sebuah unggahan di platform X pada Senin malam. Meskipun unggahan tersebut telah dihapus, gambar-gambarnya terus beredar luas di media Israel, memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, segera bereaksi dengan mempertanyakan mengapa Angkatan Darat Israel belum mengambil tindakan terhadap Engert karena membocorkan dokumen tersebut. Smotrich menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi pernyataan seperti itu di Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

“Tidak ada tempat untuk pernyataan seperti itu di IDF, terutama terhadap seorang komandan brigade dan anggota Zionis religius yang mempertaruhkan nyawa mereka demi Israel,” kata Smotrich. Ia juga memuji langkah IDF yang menandai batas merah terhadap kampanye hasutan dan penggambaran Zionisme religius secara iblis.

Kegemparan ini terjadi di tengah eskalasi ketegangan antara Israel dan Hizbullah, kelompok militan Lebanon. Pada hari Minggu, Israel melancarkan lebih dari 40 serangan udara di Lebanon selatan, yang menjadi serangan paling parah sejak konflik lintas batas antara Israel dan Hizbullah dimulai pada Oktober tahun lalu. Sebagai respons, Hizbullah meluncurkan ratusan roket ke Israel, mengklaimnya sebagai tahap pertama dalam tanggapan atas pembunuhan salah satu komandan seniornya, Fouad Shukr, dalam serangan udara Israel di Beirut.

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, keterlibatan Hizbullah dalam konflik ini relatif terbatas. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, intensitas pertempuran meningkat secara drastis, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan antara Hizbullah dan Israel.

Sejarah konflik antara Israel dan Lebanon panjang dan penuh darah. Israel telah menduduki sebagian wilayah Lebanon selama beberapa dekade sebelum akhirnya mundur pada tahun 2000 akibat perlawanan keras dari Hizbullah. Upaya Israel untuk menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006 gagal, dan kemenangan Hizbullah saat itu dianggap sebagai kemenangan besar oleh Lebanon. Namun, Israel hingga kini masih menduduki sebagian wilayah Lebanon, termasuk wilayah Sheeba Farms, yang terus menjadi sumber ketegangan antara kedua belah pihak.

Hizbullah telah berjanji untuk merebut kembali setiap inci wilayah Lebanon yang masih diduduki Israel, meskipun tindakan tersebut bertentangan dengan hukum internasional. Situasi ini menambah kompleksitas konflik yang sudah berlangsung lama, dan kebocoran dokumen militer ini hanya memperburuk ketegangan yang ada.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *