Connect with us

Tech

Ironi Pemulihan Pasca-Bencana: 87 Menara Telekomunikasi di Aceh Siap Secara Fisik, Namun Mati Suri Akibat Krisis Listrik

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip dari teknologi.bisnis.com, Upaya pemulihan layanan komunikasi di wilayah Aceh pasca-gangguan infrastruktur kini menghadapi tantangan baru yang cukup pelik.

Meskipun proses perbaikan fisik terhadap menara telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS) telah dikebut dan menunjukkan progres yang signifikan, pengaktifan layanan seluler bagi masyarakat masih belum bisa dilakukan secara optimal.

Laporan terbaru mencatat bahwa sebanyak 87 menara telekomunikasi yang tersebar di wilayah terdampak sebenarnya telah rampung diperbaiki oleh tim teknis operator seluler maupun penyedia menara.

Namun, puluhan menara tersebut kini dalam kondisi “mati suri” karena belum mendapatkan pasokan energi listrik yang memadai.

Ketergantungan Vital pada Pasokan Listrik

Masalah utama yang menghambat on-air kembali menara-menara ini adalah belum pulihnya jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di lokasi-lokasi terkait. Dalam ekosistem telekomunikasi, pasokan listrik adalah “nyawa” utama.

Meskipun struktur menara sudah berdiri tegak, antena telah dipasang kembali, dan perangkat transmisi sudah diganti, semua peralatan canggih tersebut hanyalah besi tua tanpa adanya aliran listrik untuk mengoperasikannya.

Kondisi ini menciptakan situasi dilematis bagi para operator seluler. Di satu sisi, mereka telah memenuhi tanggung jawab untuk merehabilitasi infrastruktur fisik secepat mungkin agar isolasi komunikasi bisa segera diakhiri.

Di sisi lain, mereka sangat bergantung pada eksternalitas, yakni kecepatan pemulihan gardu dan kabel listrik yang juga mengalami kerusakan parah.

Penggunaan genset (generator set) sebagai solusi darurat memang bisa dilakukan, namun opsi ini memiliki keterbatasan logistik yang besar, terutama terkait suplai bahan bakar solar yang sulit didistribusikan jika akses jalan masih terganggu.

Dampak bagi Masyarakat dan Koordinasi Lintas Sektoral

Tertundanya pengaktifan 87 menara ini memiliki dampak domino yang serius bagi masyarakat Aceh, khususnya di wilayah yang sebelumnya terdampak bencana atau gangguan masif.

Ketiadaan sinyal seluler menghambat banyak aspek kehidupan, mulai dari koordinasi bantuan kemanusiaan, akses informasi warga terhadap situasi terkini, hingga kegiatan ekonomi harian yang kini sangat bergantung pada konektivitas digital.

Masyarakat yang berharap sinyal segera kembali setelah melihat menara diperbaiki, harus menelan kekecewaan karena perangkat (gadget) mereka masih belum mendapatkan jaringan (no service).

Pihak Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama pemerintah daerah setempat dikabarkan terus melakukan koordinasi intensif dengan pihak PLN.

Prioritas utama saat ini adalah memetakan titik-titik krusial di mana menara telekomunikasi berada agar jalur listrik ke area tersebut didahulukan. Sinergi antara penyedia layanan telekomunikasi dan penyedia energi menjadi kunci mutlak.

Tanpa percepatan penyambungan kembali aliran listrik ke 87 titik vital ini, infrastruktur telekomunikasi yang sudah “sembuh” secara fisik tersebut akan tetap lumpuh secara fungsional, dan masyarakat masih harus bersabar lebih lama untuk bisa kembali terhubung dengan dunia luar.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *