International
Iran Umumkan Kondisi “Perang Total”: Pernyataan Mengejutkan Presiden Pezeshkian Lawan Blok Barat

Semarang (usmnews) – Dikutip dari detik.com, Situasi geopolitik Timur Tengah kembali memanas ke titik didih baru setelah Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengeluarkan pernyataan yang sangat keras dan mengejutkan dunia internasional. Dalam pidato terbarunya yang dikutip oleh berbagai media global, Pezeshkian secara tegas mendeklarasikan bahwa Iran saat ini sedang berada dalam kondisi “Perang Total” atau full-scale war. Yang membuat pernyataan ini semakin genting adalah penegasan bahwa perang ini tidak hanya melawan musuh bebuyutan mereka, Israel, tetapi juga mencakup Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa secara kolektif.
Definisi “Perang Total” dan Kompleksitas Konflik
Pezeshkian tidak menggunakan istilah “perang” secara sembarangan. Ia memberikan komparasi sejarah yang suram untuk menggambarkan betapa seriusnya situasi saat ini. Menurut Presiden Iran tersebut, tekanan dan ancaman yang dihadapi Teheran saat ini jauh lebih berat, lebih rumit, dan lebih berbahaya dibandingkan dengan Perang Iran-Irak yang berlangsung selama delapan tahun pada dekade 1980-an.
Jika perang Iran-Irak adalah konflik konvensional yang terlihat jelas garis depannya di parit-parit perbatasan, “Perang Total” yang dimaksud Pezeshkian saat ini adalah perang hibrida yang menyerang segala sendi kehidupan negara. Ia menyebutkan bahwa aliansi AS, Israel, dan Eropa sedang melancarkan serangan multimensi yang mencakup:
- Tekanan Ekonomi: Sanksi berlapis yang dirancang untuk melumpuhkan kemampuan finansial negara.
- Isolasi Diplomatik: Upaya sistematis untuk mengucilkan Iran dari panggung internasional.
- Ancaman Militer: Ketegangan fisik yang nyata, terutama pasca konflik udara yang intensif pada pertengahan tahun 2025 lalu.

Narasi Perlawanan dan Keterlibatan Eropa
Poin yang paling menarik perhatian pengamat internasional dari pernyataan ini adalah dimasukkannya Eropa sebagai pihak kombatan aktif dalam definisi perang Iran. Sebelumnya, Iran sering kali mencoba memisahkan posisi Eropa dari kebijakan agresif AS dan Israel. Namun, dengan pernyataan ini, Teheran tampaknya telah menutup pintu diplomasi lunak dengan benua biru tersebut, menuduh mereka bersatu padu dalam upaya “membuat Iran bertekuk lutut.”
Pezeshkian menegaskan bahwa narasi ini bukan sekadar retorika kosong, melainkan cerminan realitas di lapangan di mana Iran merasa dikepung dari segala arah. Ia mengklaim bahwa tujuan akhir dari “perang skala penuh” yang dilancarkan Barat adalah untuk menciptakan ketidakstabilan internal dan menghancurkan kedaulatan Iran. Namun, ia juga menggunakan kesempatan ini untuk membangkitkan nasionalisme domestik, menyatakan bahwa meskipun musuh lebih kuat secara materi, ketahanan Iran tidak akan mudah dipatahkan.
Implikasi Global
Pernyataan ini mengirimkan sinyal bahaya bagi stabilitas energi dan keamanan global menjelang pergantian tahun 2026. Pengakuan adanya “Perang Total” dari seorang kepala negara biasanya menjadi predesesor bagi kebijakan militer yang lebih agresif atau mobilisasi sumber daya nasional secara besar-besaran. Hal ini dikhawatirkan akan memicu respons balik dari Washington dan Tel Aviv, yang berpotensi menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam konflik terbuka yang jauh lebih luas daripada yang terjadi di Gaza atau Lebanon sebelumnya.







