Nasional
HIMKI Desak Penguatan Proteksi Pasar dan Branding Made in Indonesia untuk Majukan Industri Mebel
Jakarta (usmnews) – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mendorong pemerintah untuk semakin memperkuat perlindungan terhadap pasar dalam negeri, membangun fasilitas sistem ketelusuran produk (traceability), serta mengembangkan citra Made in Indonesia guna meningkatkan daya saing industri mebel nasional. Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menjelaskan bahwa langkah-langkah tersebut sangat dibutuhkan karena sektor ini menyerap jutaan tenaga kerja dan menjadi penopang bagi UMKM yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sobur menilai bahwa pelaku industri mebel dalam negeri membutuhkan peluang yang adil untuk dapat berkompetisi di pasar global. Ia menyoroti penerapan regulasi hijau internasional, seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR), yang menuntut persyaratan ketat dari negara pengekspor. Menurutnya, pelaku usaha kecil tidak bisa dibebani persyaratan yang sama beratnya seperti perusahaan besar. Karena itu, ia meminta pemerintah membantu memfasilitasi sistem ketelusuran dan dokumen terpadu, menyediakan dukungan pembiayaan, serta membantu proses sertifikasi agar tidak membebani UMKM.
Di sisi lain, industri mebel dalam negeri juga tengah menghadapi tekanan besar dari masuknya produk asing berharga murah yang membanjiri pasar domestik. Sobur memperingatkan bahwa jika tidak dilakukan penanganan cepat, posisi Indonesia sebagai pemasok bagi pembeli internasional bisa terancam, bukan karena kualitas produk rendah, tetapi karena Indonesia kalah secara kompetitif.
HIMKI mendorong pemerintah untuk memperkuat pengawasan terhadap praktik perdagangan tidak adil, termasuk menerapkan kebijakan antidumping yang tegas. Selain itu, mereka meminta adanya fasilitas tarif ekspor khusus bagi produk Indonesia menuju pasar-pasar utama.
Meski tantangan berat terus dihadapi, Sobur tetap optimistis terhadap masa depan industri mebel nasional. Ia menilai bahwa Indonesia memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru, terutama dalam hal kreativitas, kekayaan budaya, dan keunikan desain. Hal itu menjadi identitas sekaligus nilai tambah yang sudah lama diakui oleh pasar internasional.
Untuk memperkuat nilai tersebut, HIMKI mendorong pendirian Center of Design Excellence sebagai pusat inovasi desain kreatif, penguatan brand Made in Indonesia, serta memperluas kolaborasi antara desainer lokal dan pelaku industri di berbagai daerah. Sobur juga menekankan pentingnya perbaikan ekosistem logistik nasional. Ia mencontohkan bahwa Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati harus dimaksimalkan sebagai hub ekspor strategis agar biaya logistik bisa ditekan.
Ia menambahkan bahwa kebijakan yang proindustri, penguatan teknologi dan talenta desain, serta konsolidasi distribusi bisa mendorong nilai ekspor mebel Indonesia hingga mencapai 6 miliar dolar AS pada tahun 2030. Saat ini, data Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa ekspor furnitur Indonesia pada triwulan II tahun 2025 telah mencapai 920 juta dolar AS, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan sektor kerajinan ikut mencatat pertumbuhan positif dengan nilai ekspor mencapai 173,49 juta dolar AS, naik lebih dari 9 persen secara tahunan.