Business
Harga Minyak Bergolak Imbas Panas Perang Israel vs Hizbullah

Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Ketegangan Israel-Hizbullah dan Ancaman Badai di Teluk Meksiko
Jakarta, (usmnews) – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa (24/9/2024), dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah di Lebanon yang mengkhawatirkan pasar terkait potensi terganggunya pasokan minyak mentah global.
Harga minyak mentah Brent naik 21 sen atau 0,3 persen menjadi US$74,11 per barel, sementara minyak mentah berjangka WTI AS naik 24 sen atau 0,3 persen menjadi US$70,61 per barel.
Sebelumnya, pada hari Senin (23/9/2024), kedua acuan harga minyak global tersebut sempat mengalami penurunan akibat proyeksi permintaan yang melemah, terutama dari China, yang merupakan importir minyak terbesar dunia sekaligus konsumen terbesar kedua.
Ketegangan Israel-Hizbullah Pengaruhi Pasar Minyak
Perang yang terus memanas antara militer Israel dan Hizbullah di Lebanon menjadi faktor utama kenaikan harga minyak. Serangan Israel yang menargetkan lokasi-lokasi yang diduga sebagai markas Hizbullah telah mengakibatkan 492 warga Lebanon tewas, dengan ribuan lainnya melarikan diri. Kekhawatiran pasar meningkat karena ketegangan ini dapat mengancam stabilitas kawasan, yang dekat dengan beberapa negara produsen minyak terbesar di dunia.
Menurut para analis dari ANZ, situasi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa negara-negara OPEC bisa terseret dalam ketegangan tersebut. Hal ini berpotensi memengaruhi pasokan minyak global yang datang dari Timur Tengah.
Cuaca Buruk Menambah Tekanan Pasar
Selain faktor geopolitik, kondisi cuaca ekstrem juga memengaruhi pergerakan harga minyak. Badai Francine yang baru-baru ini melanda Teluk Meksiko menyebabkan terhentinya produksi di beberapa kilang minyak dan gas di Amerika Serikat.
Laporan dari ANZ juga menyebut bahwa para pedagang terus memantau cuaca di Pantai Teluk AS, yang diperkirakan akan dilanda badai pada akhir minggu ini. Kondisi cuaca buruk di Atlantik semakin memperparah situasi, membuat pasar semakin waspada terhadap gangguan suplai minyak dari kawasan tersebut.
Dengan ketegangan geopolitik dan cuaca yang tidak menentu, pasar minyak global masih berisiko mengalami fluktuasi dalam beberapa hari mendatang.