Business
Grup Sampoerna telah melakukan divestasi seluruh kepemilikan sahamnya di SGRO kepada AGPA Pte. Ltd.

Semarang (usmnews) dikutip dari antaranews.com Dunia bisnis dan pasar modal Indonesia kembali diwarnai oleh aksi korporasi berskala besar. Grup Sampoerna Strategic, melalui entitasnya Twinwood Family Holdings Limited, secara resmi mengumumkan kesepakatan strategis untuk mendivestasi atau menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PT Sampoerna Agro Tbk (kode saham: SGRO). Sebanyak 65,721 persen saham SGRO kini beralih tangan kepada AGPA Pte. Ltd., yang merupakan anak perusahaan dari konglomerasi raksasa asal Korea Selatan, POSCO International Corporation.
Alasan Pemilihan POSCO sebagai “Rumah Baru”
Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan matang. Meskipun banyak investor, baik dari dalam maupun luar negeri, yang menunjukkan minat besar terhadap aset perkebunan kelapa sawit ini, pilihan akhirnya jatuh kepada POSCO International.

Menurut Bambang, POSCO dinilai sebagai mitra yang paling tepat untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di SGRO. Grup Sampoerna meyakini bahwa di bawah kendali pemilik baru, SGRO akan mendapatkan “rumah” yang aman bagi para karyawannya serta memiliki prospek pertumbuhan bisnis yang jauh lebih agresif. POSCO dianggap mampu memberikan nilai tambah yang signifikan bagi seluruh pemangku kepentingan, mengingat rekam jejak dan komitmen jangka panjang mereka di Indonesia.
Jejak Kuat POSCO International di Nusantara
POSCO International bukanlah pemain baru di lanskap ekonomi Indonesia. Sebagai bagian dari POSCO Group, perusahaan ini memiliki portofolio bisnis yang sangat beragam, mulai dari perdagangan global, energi, baja, hingga agribisnis.
Di sektor industri berat, nama POSCO sudah sangat dikenal melalui PT Krakatau POSCO, sebuah perusahaan patungan (joint venture) dengan PT Krakatau Steel di Cilegon yang berfokus pada revitalisasi industri baja nasional. Di sektor energi, mereka juga terlibat aktif melalui kerja sama dengan konsorsium Pertamina Hulu Energi di wilayah Jawa Timur bagian utara.
Khusus di sektor kelapa sawit, POSCO telah menancapkan kakinya sejak tahun 2011. Melalui PT Bio Inti Agrindo, mereka mengembangkan perkebunan di Provinsi Papua Selatan. Infrastruktur mereka di sektor ini cukup mumpuni, dengan tiga pabrik pengolahan yang mampu memproduksi 210 ribu ton minyak sawit per tahun, serta fasilitas penyulingan (refinery) di Balikpapan, Kalimantan Timur, yang memiliki kapasitas 500 ribu ton per tahun. Akuisisi SGRO ini tentunya akan semakin memperkokoh dominasi POSCO di industri agribisnis Indonesia.
Momentum Kinerja Keuangan yang Positif
Transaksi ini terjadi di saat kinerja SGRO sedang berada dalam tren yang sangat positif. Berdasarkan laporan keuangan Semester I tahun 2025, SGRO mencatatkan lonjakan laba bersih yang fantastis. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meroket hingga 236,06 persen secara tahunan (year on year), sementara penjualan perseroan juga tumbuh solid sebesar 45,18 persen.
Kondisi ini didukung oleh iklim industri kelapa sawit nasional yang sedang prima. Indonesia masih memegang hegemoni sebagai produsen utama dunia dengan pangsa produksi sekitar 60 persen dan menguasai 50 persen total ekspor Crude Palm Oil (CPO) global. Hal ini menjadikan SGRO sebagai aset yang sangat strategis dan menguntungkan bagi POSCO.
Transformasi Fokus Bisnis Grup Sampoerna
Bagi Grup Sampoerna, divestasi ini bukan berarti mundur dari kancah ekonomi Indonesia. Justru, ini adalah langkah strategis untuk melakukan realokasi sumber daya (resources). Bambang Sulistyo menegaskan bahwa dana dan fokus perusahaan kini akan diarahkan untuk memperkuat lini bisnis lainnya yang tak kalah potensial.
Grup Sampoerna akan berkonsentrasi pada pengembangan sektor perbankan melalui PT Bank Sahabat Sampoerna, industri perkayuan lewat Sampoerna Kayoe, serta sektor properti melalui PT Sampoerna Land. Tak ketinggalan, mereka juga tetap berkomitmen pada kegiatan filantropi dan pendidikan melalui Putera Sampoerna Foundation, yang dianggap sebagai pilar penting dalam mencetak sumber daya manusia unggul untuk menyongsong visi Indonesia Emas.
Dalam memuluskan transaksi raksasa ini, pihak Twinwood Family Holdings Limited menggandeng Deutsche Bank sebagai penasihat keuangan eksklusif. Sementara dari sisi legalitas, Baker McKenzie beserta afiliasinya di Singapura (Baker McKenzie Wong & Leow) dan Indonesia (HHP Law Firm) bertindak sebagai kuasa hukum untuk memastikan seluruh proses berjalan sesuai regulasi yang berlaku.







