Tech
Gerhana Bulan Total: Menyaksikan Pesona Langit di Ramadan

Jakarta (usmnews) – Gerhana Bulan Total menghiasi langit dunia pada pertengahan Ramadan, tepatnya pada 13 hingga 14 Maret 2025. Fenomena ini merupakan yang pertama sejak 2022, sehingga antusiasme pengamat langit dan masyarakat global meningkat. Pada malam hari, bulan berubah menjadi merah menawan selama 65 menit, menciptakan pemandangan yang kerap dijuluki sebagai Bulan Darah. Penampilan unik ini memicu rasa kagum dan membuka peluang untuk mempelajari dinamika alam semesta.
Para ilmuwan melacak seluruh fase gerhana dengan seksama. Mereka memulai pengamatan sejak fase penumbra, ketika bulan memasuki bayangan luar Bumi dan kecerahannya meredup. Kemudian, fase parsial muncul saat bulan mulai memasuki bayangan umbra, sehingga warnanya berubah secara dramatis. Selanjutnya, fase totalitas terjadi dan seluruh permukaan bulan terbalut bayangan, menampilkan pesona alam yang memukau. Transisi ini menegaskan bahwa alam semesta selalu menawarkan keajaiban yang patut disaksikan.
Selain itu, fenomena ini hanya dapat terlihat di wilayah tertentu. Amerika Utara dan Amerika Selatan mendapatkan pandangan terbaik, sedangkan sebagian wilayah Eropa serta Afrika barat hanya menyaksikan sebagian gerhana. Di Oseania, Selandia Baru pun menikmati momen terakhir gerhana saat bulan terbit. Oleh karena itu, masyarakat di wilayah lain seperti Indonesia harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak dapat menyaksikan fenomena langka ini.
Para ahli astronom menjelaskan bahwa mengamati gerhana bulan tidak membahayakan dan memberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang pergerakan benda langit. Mereka mendorong masyarakat agar mengikuti informasi terkini dan menggunakan teknologi modern dalam mengamati setiap fase gerhana. Dengan demikian, fenomena ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menginspirasi kekaguman terhadap keindahan alam semesta yang selalu penuh misteri dan kejutan.