Tech
Gelembung Radio Manusia: Menelusuri Jejak Suara Bumi yang Mengarungi Galaksi
Semarang (usmnews) – Dikutip Merdeka.com Sejak manusia pertama kali berhasil mengirimkan transmisi radio lebih dari satu abad yang lalu, kita tanpa sadar telah menciptakan sebuah “gelembung radio” raksasa yang terus mengembang ke segala penjuru alam semesta. Pertanyaan yang sering muncul adalah: seberapa jauh sebenarnya suara dan teknologi kita telah menjangkau kegelapan luar angkasa? Jawabannya melibatkan kombinasi antara kecepatan cahaya yang luar biasa, luasnya galaksi yang tak terbayangkan, dan hukum fisika yang membuat sinyal kita perlahan memudar menjadi sunyi.
Secara teknis, sinyal radio adalah bentuk radiasi elektromagnetik yang bergerak pada kecepatan cahaya, yaitu sekitar 300.000 kilometer per detik. Karena transmisi radio skala besar pertama dimulai pada awal abad ke-20 salah satu yang fenomenal adalah siaran musik biola Reginald Fessenden pada tahun 1906 berarti sinyal tertua kita kini telah menempuh perjalanan selama kurang lebih 119 tahun. Dalam skala astronomi, ini berarti gelembung radio Bumi saat ini memiliki radius sekitar 119 tahun cahaya. Jika dihitung secara total diameter dari ujung ke ujung, jangkauan jejak teknologi manusia ini mencakup area seluas 238 tahun cahaya.
Meskipun angka ratusan tahun cahaya terdengar sangat jauh bagi ukuran manusia, dalam peta Galaksi Bima Sakti, jarak tersebut hanyalah sebuah titik kecil yang nyaris tak terlihat. Galaksi kita sendiri memiliki diameter sekitar 100.000 tahun cahaya. Artinya, sinyal radio pertama manusia bahkan belum menempuh satu persen pun dari perjalanan melintasi galaksi kita. Dibutuhkan puluhan ribu tahun lagi bagi siaran radio pertama tersebut untuk sekadar mencapai pusat galaksi atau menyentuh tepian terluar Bima Sakti.
Namun, ada tantangan besar di balik perjalanan sinyal ini. Seiring bertambahnya jarak, kekuatan sinyal radio akan melemah secara drastis mengikuti hukum kuadrat terbalik. Sinyal-sinyal dari televisi atau radio analog zaman dulu yang “bocor” ke luar angkasa akan tersebar dan menjadi sangat redup hingga akhirnya sulit dibedakan dari kebisingan latar belakang kosmis (cosmic background noise). Para ilmuwan berpendapat bahwa bagi peradaban asing di bintang tetangga seperti Proxima Centauri (yang hanya berjarak 4,2 tahun cahaya), sinyal kita mungkin hanya terdengar seperti bisikan statis yang tidak bermakna tanpa teknologi penerima yang sangat canggih.
Menariknya, di era digital saat ini, Bumi justru menjadi lebih “sunyi” bagi pengamat dari luar angkasa. Penggunaan kabel serat optik, satelit dengan pancaran terarah, dan transmisi digital berdaya rendah membuat lebih sedikit energi radio yang bocor keluar atmosfer dibandingkan masa kejayaan siaran analog berdaya tinggi. Meskipun gelembung radio kita akan terus mengembang selamanya selama tidak ada materi yang menyerapnya, lapisan-lapisan terluar dari gelembung tersebut mungkin akan menjadi jejak paling kuat yang pernah kita tinggalkan di alam semesta.