Tech

Era Baru Persaingan Aplikasi China: Kuaishou dan Kecerdasan Buatan Siap Menantang Hegemoni TikTok

Published

on

Jakarta (usmnews) – Dikutip dari CNBC Indonesia Popularitas fenomenal TikTok di kancah internasional telah mengangkat reputasi China sebagai pusat inovasi aplikasi mobile yang mampu menciptakan platform digital disruptif berskala global. Namun, kesuksesan TikTok yang dibangun oleh ByteDance kini tengah menghadapi tantangan serius dari raksasa teknologi domestik lainnya, yaitu Kuaishou. Kuaishou, yang selama ini dikenal sebagai pesaing berat Douyin (versi TikTok khusus pasar China), kini melangkah maju dengan senjata terbarunya yang berpotensi mengubah peta persaingan video pendek secara fundamental. Jika persaingan di masa lalu berpusat pada algoritma rekomendasi dan fitur media sosial, pertempuran digital kini telah bergeser ke ranah Kecerdasan Buatan (AI) Generatif. Kuaishou memperkenalkan model video generatif mutakhirnya yang dinamai Kling O1. Model ini diklaim sebagai terobosan industri karena merupakan model video multimoda terpadu, yang berarti mampu menghasilkan konten video yang sangat realistis dan kompleks berdasarkan berbagai jenis input—baik teks, gambar, atau data lainnya—semuanya didukung oleh teknologi AI tingkat lanjut.

Pergeseran Fokus ke Konten Buatan AI, Kehadiran Kling O1 menunjukkan bahwa perusahaan teknologi China tidak lagi hanya puas menjadi pemain di pasar video pendek, tetapi juga berambisi memimpin dalam inovasi pembuatan konten. Kemampuan untuk secara cepat dan efisien menghasilkan video berkualitas tinggi melalui AI dapat memotong waktu dan biaya produksi konten secara dramatis, yang merupakan keunggulan kompetitif signifikan di era digital. Kuaishou tidak hanya berhenti pada pengembangan teknologi semata. Bisnis Kling AI perusahaan telah menunjukkan daya komersial yang luar biasa. Berdasarkan laporan keuangan terbaru, layanan premium yang memberikan akses kepada pengguna untuk menggunakan perangkat video AI canggih ini telah menghasilkan penjualan yang masif. Pada kuartal ketiga (Q3) tahun 2025, divisi Kling AI sukses meraup pendapatan sekitar 300 juta yuan, atau setara dengan kurang lebih Rp705 miliar.

Angka ini menunjukkan adanya permintaan pasar yang kuat terhadap alat-alat kreasi berbasis AI dan memvalidasi strategi Kuaishou untuk memonetisasi keunggulan teknologinya. Ambisi Global dan Tekanan RegulasiMeskipun TikTok—aplikasi global dari ByteDance—telah menjadi fenomena budaya, posisinya sering kali terombang-ambing oleh isu geopolitik, terutama di pasar krusial seperti Amerika Serikat. Dengan adanya ketidakpastian regulasi yang terus membayangi TikTok, perusahaan-perusahaan China lain melihat peluang besar untuk mengisi kekosongan atau menawarkan alternatif yang secara teknis lebih maju. Kuaishou memanfaatkan momen ini dengan menempatkan Kling O1 sebagai lompatan kuantum di industri. Dengan fokus pada AI generatif, Kuaishou memperkuat citra China bukan hanya sebagai pengekspor aplikasi populer, tetapi sebagai pemimpin dalam riset dan pengembangan AI yang siap bersaing langsung dengan raksasa teknologi AS seperti Google atau OpenAI. Pada akhirnya, apa yang disajikan oleh Kuaishou dan Kling O1 adalah sinyal kuat bahwa persaingan media sosial global akan segera memasuki babak baru yang didominasi oleh teknologi AI. TikTok, yang selama ini menjadi standar industri, kini harus berpacu dengan rival domestiknya yang tidak hanya berusaha meniru, melainkan juga berinovasi jauh melampaui batas-batas platform video pendek konvensional. Kuaishou membuktikan bahwa inovasi China di sektor aplikasi mobile tidak bergantung pada satu pemain saja, dan mereka siap mengguncang dominasi yang ada.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version