Education

Ekonom UGM Nilai Program MBG Berisiko Pemborosan

Published

on

Jakarta (usmnews) – Ekonom Wisnu Setiadi Nugroho menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) menghadapi tantangan besar, terutama dalam distribusi dan pengadaan bahan makanan. Ia menyoroti risiko pemborosan akibat sifatnya yang universal, di mana anak dari keluarga mampu tetap menerima manfaat meskipun tidak membutuhkannya. Selain itu, pemantauan kualitas makanan menjadi kendala dalam memastikan standar gizi terpenuhi.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada ini menyarankan pemerintah belajar dari negara lain, seperti Amerika Serikat. Di sana, program makan gratis menggunakan skema Farm to Table, didukung oleh Sustainable Agriculture Research and Education (SARE). Model ini melibatkan petani, peternak, dan komunitas lokal untuk memastikan distribusi makanan bergizi berjalan efektif. Selain itu, AS menerapkan National School Lunch Program (NSLP), yang berfokus pada anak dari keluarga kurang mampu dengan standar gizi ketat.

Di Indonesia, ekonom tersebut menegaskan bahwa keberhasilan MBG bergantung pada pengelolaan yang baik agar tidak hanya menguntungkan vendor besar. Program ini seharusnya memprioritaskan daerah dengan tingkat rawan pangan tinggi. Selain itu, subsidi pangan, voucher makanan, atau insentif bagi sekolah dapat menjadi alternatif yang lebih tepat sasaran.

Transparansi dan akuntabilitas juga krusial dalam pengelolaan anggaran. Ekonom ini menekankan pentingnya audit independen dan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan. Pemerintah dapat menggunakan pendekatan desentralisasi agar daerah lebih berperan dalam pengadaan bahan pangan, sekaligus memberdayakan UMKM lokal.

Terakhir, ekonom itu melihat potensi MBG dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak. Data menunjukkan bahwa program makan gratis berdampak positif pada ketahanan pangan, kesehatan, dan prestasi siswa. Namun, ia menegaskan bahwa efektivitas program dalam menangani stunting perlu kajian lebih lanjut karena pencegahan seharusnya dimulai sejak usia dini.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version