International
Dunia Hari Ini: Ledakan di India, 8 Orang Tewas dan Belasan Luka-luka
Jakarta (usmnews), Dikutip dari Detikcom, Laporan berita hari ini, edisi Selasa, 11 November 2025, menyoroti tiga perkembangan penting yang terjadi di berbagai belahan dunia dalam 24 jam terakhir, meliputi tragedi di India, perkembangan hukum di Prancis, dan dakwaan serius terhadap mantan pemimpin Korea Selatan.
Berita duka datang dari Delhi, India, di mana sebuah ledakan dahsyat telah menelan korban jiwa. Setidaknya delapan orang dilaporkan tewas, dan sebanyak sembilan belas warga lainnya mengalami luka-luka akibat insiden yang terjadi di dekat kawasan bersejarah Benteng Merah pada abad ke-17. Benteng Merah, yang terletak di wilayah Old Delhi, merupakan area yang dikenal sangat padat penduduk dan menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di ibu kota India.
Saksi mata dan rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan skala kehancuran yang ditimbulkan oleh ledakan tersebut. Puing-puing kendaraan terlihat berserakan di jalanan, banyak yang hangus terbakar, memperlihatkan betapa kuatnya dampak ledakan. Segera setelah kejadian, polisi dan ambulans bergegas mengepung lokasi untuk melakukan evakuasi korban dan memulai penyelidikan. Detail lebih lanjut mengenai penyebab pasti ledakan ini masih dalam tahap penyelidikan oleh pihak berwenang India.
Di Eropa, mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, telah dibebaskan dari penjara setelah menjalani masa tahanan singkat. Pembebasan ini dilakukan atas perintah hakim sambil menunggu proses sidang banding terkait kasus kontroversial pendanaan ilegal dari Libya.
Sebelumnya, pada bulan September, pengadilan tingkat bawah telah menyatakan politisi sayap kanan ini bersalah. Sarkozy dituduh berupaya mendapatkan dana dari rezim Muammar Gaddafi di Libya untuk membiayai kampanye kepresidenannya pada tahun 2007. Setelah vonis tersebut, Sarkozy mulai menjalani hukuman penjara pada 21 Oktober 2025. Penahanan ini menjadikannya mantan kepala negara Uni Eropa pertama yang dipenjara. Ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara, namun kini, setelah hanya menjalani 20 hari masa tahanan, ia telah dibebaskan untuk melanjutkan proses hukumnya melalui banding. Perkembangan ini menandai babak baru dalam kasus hukum berprofil tinggi yang telah lama menghantui karier politiknya.
Dari Asia Timur, mantan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kini menghadapi dakwaan tambahan yang sangat serius. Jaksa khusus Korea Selatan telah mendakwanya atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan membantu negara musuh. Dakwaan ini terkait erat dengan upaya penerapan darurat militer singkat yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Seorang juru bicara kejaksaan mengungkapkan bahwa Yoon diduga telah berusaha untuk memprovokasi konflik militer antara Korea Selatan dan Korea Utara sebagai dalih untuk memberlakukan darurat militer. Sebagai bukti, juru bicara tersebut mengutip temuan yang diperoleh dari ponsel seorang pejabat militer. Ponsel tersebut berisi beberapa istilah yang berpotensi memicu provokasi terhadap Korea Utara, seperti “pesawat tanpa awak” dan “serangan bedah” (surgical strike). Menurut memo yang ditemukan, Yoon, bersama dengan mantan menteri pertahanan Kim Yong-hyun dan mantan kepala intelijen militer Yeo In-hyung, diduga berencana untuk memicu serangan dari Korea Utara terhadap Korea Selatan. Dakwaan ini menempatkan mantan pemimpin tersebut di bawah sorotan hukum yang intensif terkait isu keamanan nasional dan politik domestik yang sangat sensitif.
Secara keseluruhan, tanggal 11 November 2025 diwarnai oleh serangkaian peristiwa global yang signifikan, mulai dari tragedi kemanusiaan di Delhi, pembebasan sementara mantan pemimpin Prancis, hingga perkembangan hukum yang dramatis terhadap mantan presiden Korea Selatan.