Business
Divergensi Pasar Akhir Tahun: IHSG dan Indeks BUMN Mekar, Saham Himbara Justru Kehilangan Tenaga
Semarang (usmnews) – Dikutip dari premium.bisnis, Pada perdagangan tanggal 12 Desember 2025, pasar modal Indonesia mencatatkan fenomena yang cukup menarik dan kontras. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta indeks saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpantau “bersemi” atau bergerak di zona hijau, menunjukkan optimisme pasar menjelang tutup tahun.

Namun, di tengah gairah positif tersebut, sektor perbankan pelat merah yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) justru tampak “hilang taji” atau kehilangan momentum penguatannya.
Kondisi ini menjadi anomali tersendiri, mengingat saham-saham perbankan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) biasanya menjadi motor penggerak utama atau market movers bagi IHSG.
Ketika “empat sekawan” ini melemah atau bergerak stagnan, biasanya IHSG akan terbebani. Namun, kali ini, laju indeks komposit dan indeks BUMN tetap mampu melaju kencang tanpa dukungan penuh dari sektor perbankan tersebut.
Pelemahan pada saham-saham Himbara ini disinyalir terjadi akibat aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan oleh para investor. Setelah reli panjang sepanjang tahun atau kenaikan signifikan di bulan-bulan sebelumnya, investor cenderung merealisasikan keuntungan mereka pada saham-saham big caps perbankan.
Di sisi lain, likuiditas yang keluar dari sektor perbankan tampaknya tidak lari keluar pasar, melainkan berotasi ke sektor BUMN lainnya. Hal inilah yang menjelaskan mengapa Indeks BUMN tetap kokoh.
Sektor-sektor BUMN non-perbankan, seperti pertambangan, energi, telekomunikasi, dan infrastruktur, mengambil alih tongkat estafet sebagai pendorong indeks. Saham-saham komoditas dan energi di bawah naungan BUMN kemungkinan besar mendapatkan apresiasi pasar, menopang kenaikan indeks di saat perbankan sedang berkonsolidasi.
Fenomena ini juga sering dikaitkan dengan strategi window dressing akhir tahun, di mana manajer investasi menata ulang portofolio mereka dengan memburu saham-saham yang kinerjanya masih tertinggal namun memiliki fundamental kuat, atau sektor-sektor yang diuntungkan oleh sentimen harga komoditas global saat itu.
Secara keseluruhan, peristiwa pada 12 Desember 2025 ini menunjukkan kedewasaan dan ketahanan pasar modal Indonesia. Penguatan IHSG yang terjadi tanpa dominasi mutlak saham perbankan Himbara menandakan adanya diversifikasi kekuatan pasar.
Meskipun “taji” Himbara sedang tumpul sesaat, fundamental pasar tetap terjaga berkat performa solid dari emiten-emiten pelat merah di sektor riil yang mampu menopang sentimen positif investor domestik maupun asing.


