Education
Disiplin Positif di Kelas Pengalaman Guru SD Negeri 08 Sanggau

Sanggau, (usmnews) – Para guru sering menghadapi berbagai tantangan dalam mengelola perilaku murid. Salah satu yang kerap muncul adalah masalah ketidakdisiplinan. Banyak guru yang menggunakan hukuman sebagai cara untuk menghentikan perilaku buruk, namun terkadang hasilnya tidak sesuai harapan. Di sisi lain, hubungan antara guru dan murid bisa terganggu.
Juliawati, guru SD Negeri 08 Sanggau, Kalimantan Barat, juga pernah menghadapi tantangan serupa. Ia menyaksikan murid-murid yang tidak mengerjakan tugas tepat waktu, bercanda di kelas, hingga terlibat dalam permainan fisik yang berlebihan, seperti saling mendorong atau memukul.
Untuk menghentikan perilaku ini, Juliawati awalnya menerapkan hukuman fisik. Murid yang melanggar aturan akan berdiri di depan kelas, membersihkan WC, atau memungut sampah. Namun, ia menyadari bahwa hukuman ini tidak membawa perubahan berarti. Malahan, murid-muridnya menjadi trauma, rasa percaya diri mereka menurun, dan hubungan antara guru dan murid menjadi renggang.
“Ada murid saya yang takut, bahkan gemetar saat bicara, terutama jika topiknya menyangkut kesalahan yang mereka lakukan. Mereka cemas, tegang, bahkan menangis sebelum saya bertanya lebih lanjut,” kata Juliawati.
Menghadapi kenyataan tersebut, Juliawati mulai berefleksi bersama rekan-rekannya. Mereka kemudian menemukan konsep disiplin positif sebagai pendekatan yang lebih efektif dalam menumbuhkan kedisiplinan di kelas.
Pendekatan Disiplin Positif: Menumbuhkan Kesadaran dan Tanggung Jawab
Disiplin positif bukanlah tentang memberi hukuman, tetapi tentang menumbuhkan kesadaran murid terhadap tindakan mereka dan konsekuensi yang timbul. Juliawati mulai mengubah cara mendisiplinkan murid dengan cara yang lebih empatik dan positif. Berikut beberapa kegiatan yang ia lakukan untuk menanamkan kedisiplinan di kelas:
- Membuat Kesepakatan Kelas Bersama Juliawati melibatkan murid-murid dalam menyusun kesepakatan kelas. Mereka diajak untuk berkolaborasi menentukan aturan yang harus diikuti dan konsekuensi jika melanggarnya. “Tugas saya sebagai fasilitator adalah membantu mereka memahami mengapa disiplin itu penting dan bagaimana mereka bisa berkontribusi untuk mencapainya,” jelas Juliawati. Kesepakatan yang membuat bersama ini terpajang dalam bentuk poster dan akan terefleksikan setiap bulan.
- Melontarkan Pujian dan Penguatan Positif Juliawati selalu memberikan pujian kepada murid yang menunjukkan perilaku baik, seperti datang tepat waktu, membantu teman, atau menyelesaikan tugas dengan baik. Ia menyampaikan apresiasi langsung dengan mengatakan, “Ibu senang sekali hari ini kamu tepat mengumpulkan tugas.” Selain itu, ia juga menggunakan stempel atau stiker sebagai tanda penghargaan bagi murid yang konsisten menunjukkan perilaku positif.
- Cerita Hati di Pagi Hari Setiap pagi sebelum memulai pelajaran, Juliawati mengajak muridnya untuk berbagi perasaan melalui aktivitas yaitu “check-in emosional.” Murid-murid menyatakan perasaan mereka dengan menggunakan skala 1-5 atau gambar emoji. Juliawati juga membantu mereka memahami perasaan mereka ketika mereka patuh atau melanggar kesepakatan. “Misalnya, saya tanya, ‘Bagaimana perasaanmu setelah melakukan ini? Jika melanggar, apa yang bisa kita lakukan bersama agar ini tidak terjadi lagi?'” ujarnya.
Hasil Positif dari Pendekatan Disiplin Positif
Seiring berjalannya waktu, Juliawati merasakan perubahan yang signifikan pada murid-muridnya. Mereka menjadi lebih sadar akan perilaku mereka dan lebih bertanggung jawab. Pendekatan disiplin positif ini tidak hanya menciptakan kedisiplinan, tetapi juga mempererat hubungan antara guru dan murid.
Pengalaman Juliawati ini pun mendapat pengakuan, dengan menerima ia sebagai salah satu penerima Ki Hajar Dewantara Award dari Guru Belajar Foundation pada Puncak Temu Pendidik Nusantara XI tahun lalu. Penghargaan ini diberikan kepada individu yang dengan penuh kesungguhan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada anak.
Juliawati membuktikan bahwa dengan pendekatan yang empatik dan penuh kesadaran, disiplin dapat terwujud tanpa harus menggunakan hukuman fisik. Disiplin positif bukan hanya tentang aturan, tetapi tentang membangun hubungan yang saling menghargai dan memahami.