Connect with us

International

Dinamika Pemilu Parlemen Irak 2025: Pertarungan Syiah dan Sunni

Published

on

Bagdad (usmnews) – Dikutip dari Kompas.com, Pada Selasa, 11 November 2025, warga Irak akan berpartisipasi dalam pemilihan parlemen keenam sejak invasi AS tahun 2003. Sebanyak 329 kursi parlemen diperebutkan oleh lebih dari 7.740 kandidat, di mana hampir sepertiganya adalah perempuan. Pemilu ini menjadi krusial dalam menentukan arah politik Irak ke depan.

Kekhawatiran Partisipasi dan Aturan Baru

Terdapat lebih dari 21 juta pemilih yang memenuhi syarat. Namun, muncul kekhawatiran bahwa tingkat partisipasi akan kembali rendah, bahkan di bawah rekor terendah 41 persen yang tercatat pada Pemilu 2021.

Pemilu kali ini menggunakan undang-undang lama yang dikembalikan oleh Parlemen Irak pada tahun 2023. Aturan ini dinilai cenderung menguntungkan partai-partai besar, menggantikan sistem yang sempat diterapkan pasca-protes anti-pemerintah 2019 yang memberi peluang lebih besar bagi calon independen. Dampaknya terlihat dari berkurangnya jumlah kandidat independen yang bersaing, dari 70 kursi yang dimenangkan pada 2021 kini hanya 75 kandidat independen yang ikut serta.

Sejak jatuhnya Saddam Hussein, politik Irak didominasi oleh kelompok Muslim Syiah. Setelah pemilu 2021, partai-partai Syiah besar membentuk Kerangka Koordinasi (Coordination Framework), yang berhasil membentuk blok parlemen terbesar dan menaikkan Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani ke tampuk kekuasaan. Kelompok-kelompok ini memiliki berbagai hubungan dengan Iran.

Para pengamat memprediksi Kerangka Koordinasi akan kembali bersatu pasca-pemilu untuk menentukan perdana menteri, meskipun faksi-faksi Syiah utama mencalonkan diri secara terpisah:

  • Koalisi Rekonstruksi dan Pembangunan: Dipimpin oleh PM Sudani, mengincar masa jabatan kedua dan diprediksi menjadi pemenang besar.
  • Koalisi Negara Hukum: Dipimpin oleh mantan PM Nuri al-Maliki, figur berpengaruh dengan rekam jejak kontroversial.
  • Aliansi Pasukan Negara Nasional: Kubu Syiah moderat yang berisi politisi senior dan ulama Ammar al-Hakim.
  • Faksi pro-Iran kuat lainnya: Daftar Al-Sadiqun (dipimpin Qais al-Khazali), Organisasi Badr (dikomandoi Hadi al-Ameri), dan Daftar Huquq (dekat dengan Kataeb Hezbollah).

Pertarungan sengit di kubu Syiah diperkirakan terjadi antara mentor dan murid, yaitu Maliki dan Sudani.

Blok Sunni akan maju secara terpisah, dengan tokoh utama:

  • Partai Taqadom (Kemajuan): Dipimpin oleh mantan ketua parlemen Mohammed al-Halbussi, yang diprediksi akan mendominasi.
  • Aliansi Al-Siyada (Kedaulatan): Dipimpin oleh politisi kontroversial yang disanksi AS, Khamis al-Khanjar, bersama Mahmoud al-Mashhadani.
  • Aliansi Al-Azm (Tekad): Diketuai oleh Muthanna al-Samarrai.

Sementara itu, di wilayah otonom Kurdistan, persaingan tetap berpusat pada dua partai tradisional: Partai Demokratik Kurdistan (KDP) dan Persatuan Patriotik Kurdistan (PUK). Partai oposisi Generasi Baru juga mendapat perhatian, meskipun pemimpinnya, Shaswar Abdulwahid, tengah menghadapi kasus hukum.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *