Connect with us

Business

Clipan Finance Kejar Pertumbuhan Laba di 2025

Published

on

Target Pertumbuhan Laba Clipan Finance di Tengah Tantangan Ekonomi

Jakarta (usmnews) – Clipan Finance (CFIN) menargetkan pertumbuhan laba 2025 meski menghadapi tantangan ekonomi dan industri pembiayaan. Direktur Utama Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo, menjelaskan bahwa perusahaan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan.

Strategi Clipan Finance untuk Meningkatkan Kinerja

Clipan Finance berupaya mengoptimalkan produktivitas di setiap cabang guna meningkatkan produksi dan menekan biaya operasional. Perusahaan juga menetapkan suku bunga yang kompetitif dan meningkatkan kualitas layanan bagi debitur.

“Kami menata ulang proses bisnis agar lebih efektif dan efisien serta memperkuat manajemen risiko untuk menciptakan portofolio bisnis yang sehat,” ujar Harjanto, Jumat (7/2/2025).

Penurunan Laba dan Penyebabnya

Laba bersih Clipan Finance mengalami penurunan tajam sebesar 73,38% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan keuangan unaudited, laba bersih turun dari Rp815 miliar pada 2023 menjadi Rp217 miliar pada 2024. Padahal, pada 2023, laba perusahaan sempat melonjak 162,29% dari Rp310,72 miliar pada 2022.

Fluktuasi harga komoditas dan melemahnya daya beli masyarakat menjadi tantangan utama bagi industri pembiayaan. Selain itu, jumlah calon debitur dengan riwayat kredit buruk di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) meningkat, sehingga memengaruhi kinerja keuangan Clipan Finance.

“Banyak debitur terdampak oleh maraknya pinjaman online, yang menyebabkan kualitas kredit mereka menurun,” kata Harjanto.

Tantangan dan Mitigasi Risiko

Clipan Finance juga menghadapi praktik over-alih kendaraan oleh pihak yang tidak berkepentingan. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan memperketat mitigasi risiko dalam penyaluran pembiayaan. Selain itu, kenaikan harga kendaraan akibat opsen pajak semakin menekan daya beli masyarakat kelas menengah.

Tren Industri Pembiayaan

Industri multifinance secara keseluruhan juga mengalami penurunan laba. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba bersih perusahaan pembiayaan turun 3,53% yoy menjadi Rp18,72 triliun per Oktober 2024. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menjelaskan bahwa peningkatan pencadangan kredit bermasalah sesuai standar akuntansi PSAK 71 menjadi faktor utama penurunan laba.

Meski demikian, Suwandi optimistis bahwa industri pembiayaan masih mampu mencetak laba pada 2025. “Perusahaan telah melakukan perbaikan untuk menekan NPF dan menjaga stabilitas kredit. Saat ini kualitas kredit mulai membaik,” jelasnya.

Harapan dan Kesadaran Finansial Masyarakat

Suwandi menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengelola keuangan dan membayar kewajiban tepat waktu guna menjaga stabilitas industri pembiayaan. “Kami mengutamakan kelancaran pembayaran, bukan sekadar menarik jaminan,” tegasnya.

Dengan strategi yang telah disusun, perusahaan ini optimistis dapat mengembalikan pertumbuhan laba di 2025 serta menjaga kualitas portofolio bisnisnya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *